Wweiiii..Ribut PSR Petani Merugi, BPDPKS RI, Leripardian: Kami Akan Konfirmasi Bank Riau Kepri
https://www.riaupublik.com/2020/05/wweiiiiribut-psr-petani-merugi-bpksda.html
Minggu, 17 Mei 2002
PEKANBARU, RIAUPUBLIK.COM-- Tertaik Polemik Pemberitaan PSR (Program Sawit Rakyat) Dikabupaten Bengkalis (Riau) dengan Salah satu Bank Riau Kepri permasalah Bibit kelapa sawit, Bank Riau Kepri Bersikeras tidak mengelurakan dana PSR bibit Kelapa Sawit Informasi Bibit Jenis Topaz , mengacuh keunggulan Apa Bibit Topaz Dilansir Obrolanbisnis.com saat pameran, bibit Topaz yang dipamerkan ini terdiri dari 4 varietas, yakni Topaz 1 (dura Deli x pisifera Nigeria), Topaz 2 (dura Deli x pisifera Ghana), Topaz 3 (dura Deli x pisifera Ekona) dan Topaz 4 (dura Deli x pisifera Yangambi), yang memiliki berbagai keunggulan.
“Ke 4 varietas bibit Topaz ini memiliki berbagai keunggulan, diantaranya bibit ini cepat berbunga, sehingga berpotensi untuk panen lebih awal, kandungan minyaknya tinggi, produksi TBS juga tinggi dan dapat beradaptasi pada lahan marginal,” ujarnya.
Produktifitas bibit Topaz juga tinggi, dimana pada tahun pertama produksi tandan buah segar (TBS) berada dikisaran 15-20 ton per hektar dan pernah mencapai 24 ton per hektar. Kandungan minyak (CPO) juga diatas 5 ton per hektar dengan rendemen sekitar 21 persen. Sedangkan di tahun kedua, produksi TBS bisa mencapai 25 ton per hektar, kandungan minyak CPO dapat mencapai 6 ton per hektar dengan rendemen 24 ton per hektar, dan trend tersebut akan terus meningkat sesuai dengan umur tanaman.
Sementara itu Bank Riau Kepri Meributkan Permasalah Bibit Sawit Dilansit media Online Antaranews.Com- Pada 17 April 2020 lalu, kata Badraini, dana PSR dicairkan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ke BRK Capem Sei Pakning. Kebetulan, untuk PSR di Riau, bank milik Pemerintah Provinsi Riau ini ditunjuk oleh BPDPKS sebagai salah satu bank penyalur.
Dana cair, BRK kemudian mengumpulkan para ketua kelompok tani swadaya mandiri peserta PSR itu untuk rapat. Ini memang murni Petani swadaya, jadi administrasinya harus diawal supaya tidak ada yang salah, beda dengan Petani Plasma yang tentunya ada Perusahaan Inti yang membina.
Badraini pun mengusulkan agar program dilanjutkan usai Idul Fitri 2020 mengingat situasi tidak menentu akibat Corona. Untuk mengisi kekosongan, dia pun menyarankan agar melakukan studi banding ke Kabupaten Rokan Hilir yang terlebih dahulu melaksanakan PSR.
"Termasuk juga kita belajar ke BRK yang sudah jalan PSR-nya, biar nambah ilmu kita. Soal biaya ke sana, biar BRK yang menanggung," kata Badraini menyodorkan usul dan para ketua kelompok tani setuju saat itu.
Sepekan kemudian, keanehan muncul, kelompok tani datang menyodorkan pencairan down payment sebesar 50 persen untuk belanja bibit siap tanam.
"Di sinilah kami baru tahu kalau kelompok tani diam-diam sudah menjalin kerjasama dengan oknum perusahaan tertentu. Alasan permintaan dana 50 persen tadi untuk membeli bibit. Padahal saat kami cek ke lapangan, pekerjaan sama sekali belum mulai. Batang kelapa sawit yang mau direplanting pun masih tegak meskipun tidak banyak lagi karena sudah banyak mati karena tua atau rusak," cerita Badraini.
Uniknya lagi, pembelian bibit di-sub-kan ke perusahaan lain yang masih satu grup dengan oknum perusahaan rekanan. "Duit diminta ditransfer ke perusahaan rekanan, bukan ke perusahaan penyedia bibit. Setelah kami cek lagi, ternyata harga bibit dalam MoU antara kelompok tani dan perusahaan rekanan Rp49 ribu. Sementara harga normal hanya Rp38 ribu. Bibit yang akan dibayar sebanyak 32 ribu batang," ujar Badraini.
Melihat banyak kejanggalan itu, BRK kata Badraini menunda untuk pembayaran. “Ini untuk kebaikan semua pihak, khususnya kelompok-kelompok tani. Tapi gara-gara penundaan itu pulalah oknum perusahaan rekanan tadi marah-marah dan kemudian saya diintimidasi," katanya.
Di BRK Capem Sei Pakningada 11 kelompok tani swadaya penerima dana PSR. Total luas lahan kelompok tani ini mencapai 324 hektare.
Atas Polemik Bank Riau Kepri selaku Perbankan Yang dana PSR dicairkan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ke BRK Capem Sei Pakning. Bank milik Pemerintah Provinsi Riau ini ditunjuk oleh BPDPKS sebagai salah satu bank penyalur.
RPC Mengkonfirmasi Lerifardiyan
Kepala Divisi Pemungutan Biaya dan Iuran CPO. BPDPKS - RI permasalahan PSR melalui Pesan WhatSaap Pribadi Mempertanyakan Peran Perbankan Terkusus Bank Riau Kepri Dalam Progaram PSR.
" Bank harusnya tidak sejauh itu. selama ada kontrak yang jelas dengan perusahaan bibit, kemudian bibit bersertifikat dan diketahui oleh Dinas setempat. harusnya dana PSR tidak ada ada kendala dalam pencairan." Sebut Leri Dalam Akun WhatSaap Pribadinya.
Terkait Permasalahan Bibit Yang dipermasalahkan Bank Riau Kepri..?
"Harusnya yang berbicara masalah bibit ya Dinas, untuk bibit dan kontraktor dapat mengajukan uang muka. sesuai Perjanjian kerjasama aja."Sebut Leri kembali.
lebih Lanjut Leri Dalam Permaslahan Akan Segera Mengkonfirmasi Bank Riau Kepri.
"kami akan konfirmasi dulu ke Bank Riau Kepriny ya.. trims informsiny. informasi seperti ini dibutuhkan agar PSR diketahui hambatannya dimana aja. trims."Sebutnya Akhiri Konfirmasi WhatSapp pribadinya. ***
Fhoto: Lerifardiyan
Kepala Divisi Pemungutan Biaya dan Iuran CPO. BPDPKS - RI
|
“Ke 4 varietas bibit Topaz ini memiliki berbagai keunggulan, diantaranya bibit ini cepat berbunga, sehingga berpotensi untuk panen lebih awal, kandungan minyaknya tinggi, produksi TBS juga tinggi dan dapat beradaptasi pada lahan marginal,” ujarnya.
Produktifitas bibit Topaz juga tinggi, dimana pada tahun pertama produksi tandan buah segar (TBS) berada dikisaran 15-20 ton per hektar dan pernah mencapai 24 ton per hektar. Kandungan minyak (CPO) juga diatas 5 ton per hektar dengan rendemen sekitar 21 persen. Sedangkan di tahun kedua, produksi TBS bisa mencapai 25 ton per hektar, kandungan minyak CPO dapat mencapai 6 ton per hektar dengan rendemen 24 ton per hektar, dan trend tersebut akan terus meningkat sesuai dengan umur tanaman.
Sementara itu Bank Riau Kepri Meributkan Permasalah Bibit Sawit Dilansit media Online Antaranews.Com- Pada 17 April 2020 lalu, kata Badraini, dana PSR dicairkan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ke BRK Capem Sei Pakning. Kebetulan, untuk PSR di Riau, bank milik Pemerintah Provinsi Riau ini ditunjuk oleh BPDPKS sebagai salah satu bank penyalur.
Dana cair, BRK kemudian mengumpulkan para ketua kelompok tani swadaya mandiri peserta PSR itu untuk rapat. Ini memang murni Petani swadaya, jadi administrasinya harus diawal supaya tidak ada yang salah, beda dengan Petani Plasma yang tentunya ada Perusahaan Inti yang membina.
Badraini pun mengusulkan agar program dilanjutkan usai Idul Fitri 2020 mengingat situasi tidak menentu akibat Corona. Untuk mengisi kekosongan, dia pun menyarankan agar melakukan studi banding ke Kabupaten Rokan Hilir yang terlebih dahulu melaksanakan PSR.
"Termasuk juga kita belajar ke BRK yang sudah jalan PSR-nya, biar nambah ilmu kita. Soal biaya ke sana, biar BRK yang menanggung," kata Badraini menyodorkan usul dan para ketua kelompok tani setuju saat itu.
Sepekan kemudian, keanehan muncul, kelompok tani datang menyodorkan pencairan down payment sebesar 50 persen untuk belanja bibit siap tanam.
"Di sinilah kami baru tahu kalau kelompok tani diam-diam sudah menjalin kerjasama dengan oknum perusahaan tertentu. Alasan permintaan dana 50 persen tadi untuk membeli bibit. Padahal saat kami cek ke lapangan, pekerjaan sama sekali belum mulai. Batang kelapa sawit yang mau direplanting pun masih tegak meskipun tidak banyak lagi karena sudah banyak mati karena tua atau rusak," cerita Badraini.
Uniknya lagi, pembelian bibit di-sub-kan ke perusahaan lain yang masih satu grup dengan oknum perusahaan rekanan. "Duit diminta ditransfer ke perusahaan rekanan, bukan ke perusahaan penyedia bibit. Setelah kami cek lagi, ternyata harga bibit dalam MoU antara kelompok tani dan perusahaan rekanan Rp49 ribu. Sementara harga normal hanya Rp38 ribu. Bibit yang akan dibayar sebanyak 32 ribu batang," ujar Badraini.
Melihat banyak kejanggalan itu, BRK kata Badraini menunda untuk pembayaran. “Ini untuk kebaikan semua pihak, khususnya kelompok-kelompok tani. Tapi gara-gara penundaan itu pulalah oknum perusahaan rekanan tadi marah-marah dan kemudian saya diintimidasi," katanya.
Di BRK Capem Sei Pakningada 11 kelompok tani swadaya penerima dana PSR. Total luas lahan kelompok tani ini mencapai 324 hektare.
Atas Polemik Bank Riau Kepri selaku Perbankan Yang dana PSR dicairkan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ke BRK Capem Sei Pakning. Bank milik Pemerintah Provinsi Riau ini ditunjuk oleh BPDPKS sebagai salah satu bank penyalur.
RPC Mengkonfirmasi Lerifardiyan
Kepala Divisi Pemungutan Biaya dan Iuran CPO. BPDPKS - RI permasalahan PSR melalui Pesan WhatSaap Pribadi Mempertanyakan Peran Perbankan Terkusus Bank Riau Kepri Dalam Progaram PSR.
" Bank harusnya tidak sejauh itu. selama ada kontrak yang jelas dengan perusahaan bibit, kemudian bibit bersertifikat dan diketahui oleh Dinas setempat. harusnya dana PSR tidak ada ada kendala dalam pencairan." Sebut Leri Dalam Akun WhatSaap Pribadinya.
Terkait Permasalahan Bibit Yang dipermasalahkan Bank Riau Kepri..?
"Harusnya yang berbicara masalah bibit ya Dinas, untuk bibit dan kontraktor dapat mengajukan uang muka. sesuai Perjanjian kerjasama aja."Sebut Leri kembali.
lebih Lanjut Leri Dalam Permaslahan Akan Segera Mengkonfirmasi Bank Riau Kepri.
"kami akan konfirmasi dulu ke Bank Riau Kepriny ya.. trims informsiny. informasi seperti ini dibutuhkan agar PSR diketahui hambatannya dimana aja. trims."Sebutnya Akhiri Konfirmasi WhatSapp pribadinya. ***