Mantan Kombatan GAM Minta BRA Dibubarkan, Jika Tak Bisa Bekerja Maksimal
https://www.riaupublik.com/2019/11/mantan-kombatan-gam-minta-bra.html
Jumat, 29 November 2019
ACEHTIMUT, RIAUPUBLIK.COM-- Eksistensi Badan Reintegrasi Aceh(BRA) sudah mulai di pertanyakan oleh masyarakat, sebagian orang menilai keberadaan BRA tak memberikan dampak manfaat yang signifikan terhadap rakyat Aceh terutama masyarakat korban konflik, mantan GAM dan Anak yatim korban konflik.
BRA merupakan wadah yang di bentuk untuk menampung aspirasi masyarakat korban konflik, mantan kombatan dan anak yatim yang keluarganya meninggal dari sebuah ekses konflik, BRA merupakan sebagai salah satu konsensus perdamaian antara RI-GAM tahun 2005, agar setelah Aceh berdamai dan masyarakat korban konflik mendapar kan kehidupan mereka yang layak.
Kekecewaan terhadap kinerja BRA turut di utarakan oleh Iswandi atau lebih dikenal dengan panggilan Pang Baret (45) selaku Panglima Sagoe Kuta Buloh, Daerah Dua Wilayah Peuureulak atau Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur menyebutkan Badan Reintegrasi Aceh (BRA) seperti tidak berfungsi dan tak sanggup bekerja maksimal dalam menampung aspirasi ribuan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan korban masa konflik.
"Saya tegaskan, jika BRA tidak sanggup bekerja kebih baik di tutup atau dibubarkan saja, tegas Pang Baret.
"Selama ini saya melihat mereka hanya makan gaji buta yang kerjanya hanya duduk dikantor tanpa mau turun kelapangan untuk melihat bagaimana nasib anak yatim dan janda korban konflik Aceh, begitu juga terhadap mantan kombatan Gam," Kata Pang Baret kepada media didampingi Sofian mantan Gam Sagoe Madat dan Lsm Acheh Future, jum'at (29/11) di Grand Coffe Perbatasan.
Pang Baret juga menambahkan "selama ini banyak permohonan dari mantan kombatan GAM dan para korban konflik Aceh kepada BRA untuk mendapat bantuan kesejahteraan dari pemerintah Aceh umum nya pemerintah pusat, namun semua harapan kandas ditengah jalan."
" Selama ini kami hanya mendengar banyak dana bantuan yang akan disalurkan oleh BRA Kepada korban konflik atau eks kombatan tapi mana buktinya, tanya Iswandi.
Perlu diketahui BRA pernah meminta saya untuk minta data dan nomor rekening Anak yatim korban konflik tapi hingga saat ini janji-janji manis itu belum pernah diberikan sama sekali." ujar Baret.
Selain nomor rekening Anak yatim korban konflik( Anak syuhada), dirinya juga pernah diminta untuk menyerah kan photo copy KTP/KK para mantan kombatan." BRA pernah menjanjikan bantuan rumah bagi mantan kombatan dan saya sendiri yang bolak balik ke Banda Aceh hingga 3 kali, tapi hasilnya jauh panggang dari api, tamsil nya.
"Jadi bagaimana saya harus jelaskan kepada mereka mantan kombatan yang senasib dalam perjuangan"
Begitu juga terhadap anak yatim dan janda korban konflik pasca Aceh Damai. Saya sudah berusaha, namun hasilnya nol besar." Cetus Baret.
Hal senada juga diungkapkan ketua Acheh Future Razali Yusuf, nenurutnya kekecewaan para eks kombatan dan anak yatim korban konflik sudah terjadi sejak lama, sebab selama ini pemerintah terkesan hanya mengumbar janji manis dan selalu memberi harapan yang ujung ujungnya membuat mereka kecewa.
"Selama ini saya melihat pemerintah hanya mengumbar janji manis kepada para korban konflik Aceh." ujar Razali
Dimana harta benda mereka, berupa rumah dibakar, harta benda dijarah, cacat fiisik dan mental, korban darah bahkan nyawa dan air mata, semua itu tidak bisa di ukur dengan materi atau dibeli, beber Cekli
Kami dari LSM Acheh Future juga telah lama menerima laporan dari para korban beragam katagori dan data para korban pun sudah kami serahkan kepada Gubernur Aceh, DPRA dan BRA, tapi hasilnya nol," ujarnya.
Acheh Future berharap kepada Pemerintah Aceh dan Pemerintah pusat untuk menepati janji janjinya, sesuai dengan kesepakatan yang tertera dalam butir butir MoU Helsinki."Jika tidak. bagusnya BRA di bubar saja." Tandasnya.*(MJ)
Foto : Kiri Iswandi/Panglima Baret, Kanan, Razali Yusuf Ketua LSM Acheh Future |
BRA merupakan wadah yang di bentuk untuk menampung aspirasi masyarakat korban konflik, mantan kombatan dan anak yatim yang keluarganya meninggal dari sebuah ekses konflik, BRA merupakan sebagai salah satu konsensus perdamaian antara RI-GAM tahun 2005, agar setelah Aceh berdamai dan masyarakat korban konflik mendapar kan kehidupan mereka yang layak.
Kekecewaan terhadap kinerja BRA turut di utarakan oleh Iswandi atau lebih dikenal dengan panggilan Pang Baret (45) selaku Panglima Sagoe Kuta Buloh, Daerah Dua Wilayah Peuureulak atau Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur menyebutkan Badan Reintegrasi Aceh (BRA) seperti tidak berfungsi dan tak sanggup bekerja maksimal dalam menampung aspirasi ribuan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan korban masa konflik.
"Saya tegaskan, jika BRA tidak sanggup bekerja kebih baik di tutup atau dibubarkan saja, tegas Pang Baret.
"Selama ini saya melihat mereka hanya makan gaji buta yang kerjanya hanya duduk dikantor tanpa mau turun kelapangan untuk melihat bagaimana nasib anak yatim dan janda korban konflik Aceh, begitu juga terhadap mantan kombatan Gam," Kata Pang Baret kepada media didampingi Sofian mantan Gam Sagoe Madat dan Lsm Acheh Future, jum'at (29/11) di Grand Coffe Perbatasan.
Pang Baret juga menambahkan "selama ini banyak permohonan dari mantan kombatan GAM dan para korban konflik Aceh kepada BRA untuk mendapat bantuan kesejahteraan dari pemerintah Aceh umum nya pemerintah pusat, namun semua harapan kandas ditengah jalan."
" Selama ini kami hanya mendengar banyak dana bantuan yang akan disalurkan oleh BRA Kepada korban konflik atau eks kombatan tapi mana buktinya, tanya Iswandi.
Perlu diketahui BRA pernah meminta saya untuk minta data dan nomor rekening Anak yatim korban konflik tapi hingga saat ini janji-janji manis itu belum pernah diberikan sama sekali." ujar Baret.
Selain nomor rekening Anak yatim korban konflik( Anak syuhada), dirinya juga pernah diminta untuk menyerah kan photo copy KTP/KK para mantan kombatan." BRA pernah menjanjikan bantuan rumah bagi mantan kombatan dan saya sendiri yang bolak balik ke Banda Aceh hingga 3 kali, tapi hasilnya jauh panggang dari api, tamsil nya.
"Jadi bagaimana saya harus jelaskan kepada mereka mantan kombatan yang senasib dalam perjuangan"
Begitu juga terhadap anak yatim dan janda korban konflik pasca Aceh Damai. Saya sudah berusaha, namun hasilnya nol besar." Cetus Baret.
Hal senada juga diungkapkan ketua Acheh Future Razali Yusuf, nenurutnya kekecewaan para eks kombatan dan anak yatim korban konflik sudah terjadi sejak lama, sebab selama ini pemerintah terkesan hanya mengumbar janji manis dan selalu memberi harapan yang ujung ujungnya membuat mereka kecewa.
"Selama ini saya melihat pemerintah hanya mengumbar janji manis kepada para korban konflik Aceh." ujar Razali
Dimana harta benda mereka, berupa rumah dibakar, harta benda dijarah, cacat fiisik dan mental, korban darah bahkan nyawa dan air mata, semua itu tidak bisa di ukur dengan materi atau dibeli, beber Cekli
Kami dari LSM Acheh Future juga telah lama menerima laporan dari para korban beragam katagori dan data para korban pun sudah kami serahkan kepada Gubernur Aceh, DPRA dan BRA, tapi hasilnya nol," ujarnya.
Acheh Future berharap kepada Pemerintah Aceh dan Pemerintah pusat untuk menepati janji janjinya, sesuai dengan kesepakatan yang tertera dalam butir butir MoU Helsinki."Jika tidak. bagusnya BRA di bubar saja." Tandasnya.*(MJ)