Anggota DPRD Natuna Eryandi Soroti Kebakaran Rumah di Penagi
https://www.riaupublik.com/2019/09/anggota-dprd-natuna-eryandi-soroti.html
NATUNA, RIAUPUBLIK.COM - Kebakaran beberapa rumah warga di Kampung Penagi, Kabupaten Natuna, masih menyisakan kekhawatiran bagi warga setempat. pasalnya, Si Jago Merah dapat sewaktu-waktu kembali menunjukan keganasannya dan melalap rumah mereka.
Bisa dikatakan, musibah tersebut sebagai petanda pentingnya penataan kembali kampung Tua yang sudah cukup sesak tersebut.
Kampung penagi terletak di sebelah selatan pangkalan TNI AU Raden Sadjad, letaknya persis di seberang ujung landasan bandara Raden Sadjad hanya terpisah laut dan jalan.
Memasuki Kampung Tua ini, kita bisa melihat rumah warga setempat terbuat dari kayu dan berada di atas air laut, ditengahnya diberi pelantar beton dengan lebar 6 meter sebagai jalan utama warga.
Rumah warga Penagi saling berdempetan satu sama lain, di sela-sela beberapa rumah terdapat lorong kecil sebagai jalan ke rumah yang ada di bagian belakang.
Awak media ini pun menyoroti Bangunan kosong bahkan sudah tak terawat lagi. Mencoba bertanya ke warga mengapa bangunan rusak tetap berdiri, namun hanya kata “tidak tahu” yang dilontarkan warga.
Melihat tata letak pemukiman dan bahan bangunan yang mayoritas dari kayu di Kampung Penagi, mengisyaratkan bahwa Si Jago Merah masih “mengintai” di sela-sela aktifitas warga.
rumah kosong tak layak huni namun disengaja tetap berdiri oleh pemiliknya. Ditambah lagi, di kampung yang dihuni kurang lebih 150 KK ini, tidak terdapat hydrant air untuk kepentingan darurat seperti saat kebakaran.
Namun demikian, warga penagi pun tak ingin Pemerintah merelokasi mereka dari kampung yang bersejarah ini.
Menanggapi masalah ini, Anggota DPRD Natuna, Eryandi, mengatakan ia juga akan menyampaikan kepada pemerintah, terkait kondisi jalan pelantar Penagi yang terbilang sempit. Harapannya kedepan, jalan di kampung bekas pusat perdagangan itu bisa dibesarkan.
“Kemudian masalah jalan, kita bisa tengok bersama tadi kan, mobil pemadam aja susah mau lewat, apalagi mau belok, tidak bisa,” ujar Eryandi, di kutip dari media kepri.
Eryandi juga menyoroti ketidak tersediaan hydrant air. Hal ini sangat penting, mengingat rumah warga disana masuk kategori rawan kebakaran.
“Harusnya ada hydrant air disini, minimal dua titik, kalau terjadi musibah seperti ini, pemadam bisa mengambil air dari situ,” tandasnya. (win/mk)
Bisa dikatakan, musibah tersebut sebagai petanda pentingnya penataan kembali kampung Tua yang sudah cukup sesak tersebut.
Kampung penagi terletak di sebelah selatan pangkalan TNI AU Raden Sadjad, letaknya persis di seberang ujung landasan bandara Raden Sadjad hanya terpisah laut dan jalan.
Memasuki Kampung Tua ini, kita bisa melihat rumah warga setempat terbuat dari kayu dan berada di atas air laut, ditengahnya diberi pelantar beton dengan lebar 6 meter sebagai jalan utama warga.
Rumah warga Penagi saling berdempetan satu sama lain, di sela-sela beberapa rumah terdapat lorong kecil sebagai jalan ke rumah yang ada di bagian belakang.
Awak media ini pun menyoroti Bangunan kosong bahkan sudah tak terawat lagi. Mencoba bertanya ke warga mengapa bangunan rusak tetap berdiri, namun hanya kata “tidak tahu” yang dilontarkan warga.
Melihat tata letak pemukiman dan bahan bangunan yang mayoritas dari kayu di Kampung Penagi, mengisyaratkan bahwa Si Jago Merah masih “mengintai” di sela-sela aktifitas warga.
rumah kosong tak layak huni namun disengaja tetap berdiri oleh pemiliknya. Ditambah lagi, di kampung yang dihuni kurang lebih 150 KK ini, tidak terdapat hydrant air untuk kepentingan darurat seperti saat kebakaran.
Namun demikian, warga penagi pun tak ingin Pemerintah merelokasi mereka dari kampung yang bersejarah ini.
Menanggapi masalah ini, Anggota DPRD Natuna, Eryandi, mengatakan ia juga akan menyampaikan kepada pemerintah, terkait kondisi jalan pelantar Penagi yang terbilang sempit. Harapannya kedepan, jalan di kampung bekas pusat perdagangan itu bisa dibesarkan.
“Kemudian masalah jalan, kita bisa tengok bersama tadi kan, mobil pemadam aja susah mau lewat, apalagi mau belok, tidak bisa,” ujar Eryandi, di kutip dari media kepri.
Eryandi juga menyoroti ketidak tersediaan hydrant air. Hal ini sangat penting, mengingat rumah warga disana masuk kategori rawan kebakaran.
“Harusnya ada hydrant air disini, minimal dua titik, kalau terjadi musibah seperti ini, pemadam bisa mengambil air dari situ,” tandasnya. (win/mk)