Aceh Timur Laksanakan Workshop Pemetaan Populasi Kunci.
https://www.riaupublik.com/2018/10/aceh-timur-laksanakan-workshop-pemetaan.html
Kamis, 18 Oktober 2018
Terkait kebutuhan data untuk pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS pada kelompok populasi kunci.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur melalui Dinas kesehatan melakukan Workshop sehari mengenai Pemetaan populasi Kunci terhadap bahaya pemyakit HIV/AIDS di Kabupaten tersebut.
Maksud dan tujuan diadakannya workshop ini untuk memuthakhirkan data serta penangulangan penyakit HIV/AIDS yang masih menjadi momok nomor wahid, mematikan serta dampak sosial masyarakat yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
Di era awal tahun 90an Pemerintah Indonesia sangat gencar melaksanakan kampanye Anti AIDS/HIV kepada seluruh masyarakat disegenap tanah air, namun dewasa ini dampak dari penyakit yang belum ada obatnya sampai sekarang ini kalah popular dengan bahaya NARKOBA, termasuk di Aceh Timur padahal menurut dr. H. zulfikri selaku Sekretaris Dinas Kesehatan Aceh Timur dampak dan bahaya dari penyakit HIV/AIDS ini sangat memprihatinkan terutama dari segi penularannya.
Untuk saat ini jumlah penderita penyakit HIV/AIDS di Aceh Timur yang terdata sebanyak 11 orang penderita dan apabila kita tidak melakukan pengawasan serta pemetaan populasi kunci kembali kita tidak mengetahui jumlah penderita penyakit ini. “ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan hasil estimasi dan proyeksi HIV/AIDS dari Kemenkes pada Tahun 2014 menperkirakan sebanyak satu juta orang di Indonesia akan terinfeksi HIV/AIDS pada Tahun 2025 nanti, dan apabila upaya penangulanagan HIV dan AIDS tidak segera dilakukan maka estimasi tersebut akan benar-benar terjadi sebab permaslahan ini sudah menjadi permasalahan nasional sebab kasus ini seperti fenomena gunung es, kasus terlihat kecil dari yang tidak terlihat “pada umumnya mereka yang positif terkena virus HIV/AIDS memiliki rentan waktu untuk mengetahuinya.
Paling cepat 3 tahun dan paling lama 10-15 Tahun baru virus ini menguasai seluruh jaringan tubuh manusia yang berujung pada kematian” ungkapnya.
Sementara itu Asisten II Bidang Keistimewaan Aceh, Ekonomi dan Pembangunan Setdakab Aceh Timur, H. Usman A. Rachman, SH, SP, MM dalam sambutannya mengatakan pemerintah Aceh Timur sangat mendukung kegiatan ini dalam upaya memberikan pemahaman yang benar terhadap HIV/AIDS agar masyarakat turut berpartisipasi dalam upaya pencegahan penyakit ini.
Olehkarenanya ia mengharapkan upaya pencegahan HIV/AIDS bukan hanya dari perspektif kesehatan semata, tapi juga dibarengi dengan penyadaran bagi mereka yang berprilaku menyimpang agar kembali kejalan yang benar. Kemudian meningkatkan kemampuan petugas dalam upaya pelacakan kasusu dan juga mampu membangun komunikasi dengan populasi beresiko seperti waria, laki seks laki, wanita pekerja seks dan penasun terus meningkat, oleh karena itu pementaan populasi kunci dipandang sangat perlu dalam upaya penanganan dini penyebaran HIV/AIDS. Selain pemetaan populasi kunci juga bertujuan untuk mengetahui jumlah dan potensi resiko penularan virus HIV/AIDS. Dengan hasil pemetaan tersebut nantinya populasi beresiko mau untuk memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan “ujarnya.
Dari data yang di peroleh, jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Aceh terus meningkat, sejauh ini sudah 650 kasus ditemukan, dan untuk Aceh Timur sendiri tercatat 11 kasus dengan asusmsi apabila dari 11 kasus yang ditemukan di Kabupaten Aceh Timur pada Tahun 2018 ini tidak segera dicegah atau ditangulangi akan menularkan ke 110 orang lainnya dengan berbagai cara. Seperti seks bebas, pengunaan jarum suntik yang bergatian termasuk resiko mengunakan pisau cukur yang bergantian.
Dalam acara workshop Pemetaan Populasi Kunci yang dilaksanakan di Aula Rumah Sakit Graha Bunda Idi,dihadiri oleh Asisten II Setdakab Aceh Timur, Kadis Kesehatan Aceh Timur, Camat Simpang Ulim, Camat Idi Rayeuk, Camat Peurlak Kota, Danramil Idi Rayeuk, unsur Dinas Sosial, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, unsur kesehatan dan wartawan. (Muzakir)
Terkait kebutuhan data untuk pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS pada kelompok populasi kunci.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur melalui Dinas kesehatan melakukan Workshop sehari mengenai Pemetaan populasi Kunci terhadap bahaya pemyakit HIV/AIDS di Kabupaten tersebut.
Maksud dan tujuan diadakannya workshop ini untuk memuthakhirkan data serta penangulangan penyakit HIV/AIDS yang masih menjadi momok nomor wahid, mematikan serta dampak sosial masyarakat yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
Di era awal tahun 90an Pemerintah Indonesia sangat gencar melaksanakan kampanye Anti AIDS/HIV kepada seluruh masyarakat disegenap tanah air, namun dewasa ini dampak dari penyakit yang belum ada obatnya sampai sekarang ini kalah popular dengan bahaya NARKOBA, termasuk di Aceh Timur padahal menurut dr. H. zulfikri selaku Sekretaris Dinas Kesehatan Aceh Timur dampak dan bahaya dari penyakit HIV/AIDS ini sangat memprihatinkan terutama dari segi penularannya.
Untuk saat ini jumlah penderita penyakit HIV/AIDS di Aceh Timur yang terdata sebanyak 11 orang penderita dan apabila kita tidak melakukan pengawasan serta pemetaan populasi kunci kembali kita tidak mengetahui jumlah penderita penyakit ini. “ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan hasil estimasi dan proyeksi HIV/AIDS dari Kemenkes pada Tahun 2014 menperkirakan sebanyak satu juta orang di Indonesia akan terinfeksi HIV/AIDS pada Tahun 2025 nanti, dan apabila upaya penangulanagan HIV dan AIDS tidak segera dilakukan maka estimasi tersebut akan benar-benar terjadi sebab permaslahan ini sudah menjadi permasalahan nasional sebab kasus ini seperti fenomena gunung es, kasus terlihat kecil dari yang tidak terlihat “pada umumnya mereka yang positif terkena virus HIV/AIDS memiliki rentan waktu untuk mengetahuinya.
Paling cepat 3 tahun dan paling lama 10-15 Tahun baru virus ini menguasai seluruh jaringan tubuh manusia yang berujung pada kematian” ungkapnya.
Sementara itu Asisten II Bidang Keistimewaan Aceh, Ekonomi dan Pembangunan Setdakab Aceh Timur, H. Usman A. Rachman, SH, SP, MM dalam sambutannya mengatakan pemerintah Aceh Timur sangat mendukung kegiatan ini dalam upaya memberikan pemahaman yang benar terhadap HIV/AIDS agar masyarakat turut berpartisipasi dalam upaya pencegahan penyakit ini.
Olehkarenanya ia mengharapkan upaya pencegahan HIV/AIDS bukan hanya dari perspektif kesehatan semata, tapi juga dibarengi dengan penyadaran bagi mereka yang berprilaku menyimpang agar kembali kejalan yang benar. Kemudian meningkatkan kemampuan petugas dalam upaya pelacakan kasusu dan juga mampu membangun komunikasi dengan populasi beresiko seperti waria, laki seks laki, wanita pekerja seks dan penasun terus meningkat, oleh karena itu pementaan populasi kunci dipandang sangat perlu dalam upaya penanganan dini penyebaran HIV/AIDS. Selain pemetaan populasi kunci juga bertujuan untuk mengetahui jumlah dan potensi resiko penularan virus HIV/AIDS. Dengan hasil pemetaan tersebut nantinya populasi beresiko mau untuk memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan “ujarnya.
Dari data yang di peroleh, jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Aceh terus meningkat, sejauh ini sudah 650 kasus ditemukan, dan untuk Aceh Timur sendiri tercatat 11 kasus dengan asusmsi apabila dari 11 kasus yang ditemukan di Kabupaten Aceh Timur pada Tahun 2018 ini tidak segera dicegah atau ditangulangi akan menularkan ke 110 orang lainnya dengan berbagai cara. Seperti seks bebas, pengunaan jarum suntik yang bergatian termasuk resiko mengunakan pisau cukur yang bergantian.
Dalam acara workshop Pemetaan Populasi Kunci yang dilaksanakan di Aula Rumah Sakit Graha Bunda Idi,dihadiri oleh Asisten II Setdakab Aceh Timur, Kadis Kesehatan Aceh Timur, Camat Simpang Ulim, Camat Idi Rayeuk, Camat Peurlak Kota, Danramil Idi Rayeuk, unsur Dinas Sosial, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, unsur kesehatan dan wartawan. (Muzakir)