TNI Meredam OPM Dengan Humanis Dan Budaya
https://www.riaupublik.com/2017/11/tni-meredam-opm-dengan-humanis-dan.html
Sabtu, 18 November
2017
RIAUPUBLIK.Com-- Dalam sepekan ini,
aksi kekerasan di Papua kembali meningkat
1.300 warga Papua di Desa Kimbely dan
Desa Banti, KecamatanTembagapura, Kabupaten Mimika, Papua disandra oleh kelompok Bersenjata Organisasi
Papua Merdeka (OPM). Melancarkan aksi OPM ini selalu dating menjelang hari
manifesto Kemerdekaan Papua yang jatuh 1 Desember 2017 yang juga hari ulang tahun Organisasi
Papua Merdeka (OPM).Gerakan Organisasi Papua Merdeka yang sering disebut dengan OPM dan KKB, yaitu organisasi yang didirikan pada tahun 1965,
organisasi ini merupakan organisasi ilegal dan dilarang oleh negara karena
memiliki ideologi berbeda dan bermaksud melepas papua dari bingkai NKRI.
Tujuan utama dibentuk Organisasi ini adalah ingin melepas Papua dari Indonesia dan ingin merdeka sendiri.Tentu itu bukanlah tujuan yang baik karena sudah jelas menurut sejarah
dan UU yang berlaku bahwa Papua adalah sah bagian dari NKRI itu mutlak dan hargamati. Keberadaan OPM di Papua kini sudah sedikit memudar karena seiring perkembangan zaman dan sudah banyak masyarakat Papua yang sudah cerdas dan tidak lagi
mudah untuk dibodohi atau ditipu oleh ocehan dan rayuan-rayuan tidak logis dari pihak OPM terutama OPM yang menetap di luarnegeri.
Menurut catatan penulis
ada beberapa organisasi yang berada dalam kategori OPM
yang bermukim diluar negeri, organisasi OPM sebagian berada di Papua. Ada West Papua National
Council (WPNCL) pimpinan Andy Ayamiseba di wilayah Pasifik Selatan, ada Free
West Papua Campaign (FWPC) pimpinan Benny Wenda di beberapa negara di Eropa,
ada West Papua National Authority (WPNA) pimpinan Jacob Rumbiak di Australia,
ada KNPB (Komite Nasional Papua Barat) dan ada NRFPB (Negara Republik Papua
Barat) di Papua serta kelompok-kelompok lainnya yang lebih kecil. Namun yang
berada di Papua hanya garis militer sebagai kelompok pengacau,
tugasnya hanya mencari perhatian seperti penembakan warga sipil dan
tidak segan-segan juga nembaki
TNI/Polri, menculik, menyandradan demo anarkis. Aksi tersebut tidak lain adalah perintah dari
OPM yang berada di luar Papua.
Dulu di dengungkan oleh OPM masalah ketimpangan kehidupan social masyarakat antara
Papua dengan daerah lain dikedepankan,
karena Pemerintah sekarang sudah membangun infrastrukturnya di Papua termasuk jalan darat sudah ada dan
sudah nyambung dari satu daerah kedaerah lainya di Papua. Kini Papua dulu dan
sekarang sangat jauh berbeda perkembangannya. Polisi bahkan memandanggerakan mereka sebagai gerakan kriminal, bukan lagi bermuatan ideologis.
Saat ini masyarakat Papua sudah memahami
bahwa beberapa aksi dan kegiatan yang mengatasnamakan perjuangan rakyat Papua
menuju Papua merdeka hanya dilakukan oleh beberapa orang yang menginginkan
Papua larut dalam permasalahan dan tidak ingin Papua damai.Namun rakyat Papua semakin
dewasa dalam menyikapinya, hal tersebut ditunjukan dengan berkonsentrasi dalam
pembangunan, peningkatan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Dan dibuktikan dengan semakin meningkatnya pembanguan
di Papua baik infrastrukturnya maupun kualitas
SDM sudah jauh perkembangannya, tinggal kita harus mauberkompetisi dengan daerah lain di Indonesia kalau papua ingin mengejar ketertinggalannya.
Konflik sengaja diciptakan dengan memanfaatkan
even-even tertentu seperti Ulang Tahun
OPM
yang jatuh 1 Desember, Pilkada/Pilpes atau suhu politik Negara sedang memanas
dan utusan HAM datang ke Papua, ini indikasi yang diciptakan untuk menjadi
suatu isu yang bias diangkat seperti melawan Aparat Keamanan, Penculikan,
Penyandraan, Penembakan terhadap Masyarakat/Aparatdan
demo bentrok sengaja diciptakan untuk menimbulkan kekacauan dan pemberitaan
yangluas, untuk menarik simpati Internasional.
Hal ini merupakan setting yang diotakivOPM yang
tinggal di luar negeri untuk membuat kegaduhan di
masyarakat Papua. Tinggal TNI/Polri harus cakap menyikapi hal tersebut untuk tidak terpancing bertindak keras,
karena OPM menghendaki untuk ada yang menjadi korban,
kalau ada korban berarti setting
OPM berhasil dan sebaliknya tidak ada
korban berarti gagal.
Memang menangani suatu suasana konflik tidak mudah,
sehingga dituntut suatu seni tersendiri. Kami yakin TNI/Polri punya hal itu, karena segudang pengalaman yang
telah diaplikasikan dalam suatu konflik dapat diatasi dengan baik tanpa
menelan korban atau memakai kekerasan.Dalam suatu dunia yang demokratis
perubahan termasuk mengatasi konflik, menuntut suatu keterbukaan dari semua
pihak yang berkepentingan untuk mencari jalan keluar tanpa main kuasa.Disinih peran Media
Massa sangat penting untuk dapat
menyampikan keterbukaan dalam penyelesaian konflik dan banyak lain cara
keterbukaan yang bisa dijadikan yang saling percaya,bagaimana seni hidup yang demikian
adalah suatu adat baru perlu dikembangkan kalau kita mau hidup dalam damai
dewasa ini.
TNI
Dalam Menghadapi OPMLewat Budaya
Keinginan warga
Papua untuk berpisah dari NKRI bukan berita baru, semenjak dahulu Papua dikenal
sebagai pulau paling kaya di wilayah NKRI bahkan dunia, tapi sejarah
orang-orang Papua begitu suram dan kelam akibat kurang nya perhatian dari Pemerintah pusat sebelumnya,
hari
berganti hari dan semenjak naiknya Jokowi
menjadi Presiden RI, sepertinya keinginan Papua untuk berpisah dari NKRI
semakin hari semakin menipis, bahkan di tahun pertamanya saja, Presiden Jokowi
sudah mengunjungi Papua sebanyak empat kali dan berkomitmen penuh untuk
membangun Papua sebagai daerah prioritas dalam
pembangunaninfrastruktursepertiJalan Trans Papua, KeretaApi, Pelabuhan, Bandara,
dan lain sebagainya.
Pemerintah menyiapkan
infrastrukturnya kini tinggal pelaksanaan selanjutnya oleh TNI. Ada berbagai
langkah-langkah pendekatan yang dilakukanjajaran TNI bekerja sama denganPemerintan
Daerah. Seperti pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang
jugamenyasar di KampungdanDistrik-Distrik mulai digarap dengan cara bersama-sama membuat sawah baru, cara bercocok tanam yang baik, atau
bentuk pelatihan pertanian tentunya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Inilah cara TNI untuk merangkul masyarakat Papua agar tidak terpropokasi oleh
pihak OPM, tidak sedikit pengikut OPM yang sudah berikrar kembali ke pangkuan
NKRI dengan cara pendekatan budaya oleh pihak TNI, menyadarkan masyarakat Papua
yang terpengaruh janji manis OPM tidak perlu dengan letusan senjata, ini yang sudah dibuktikan oleh TNI.
Pendekatan yang dilakukan oleh TNI tujuannya adalah untuk kesejahteraan masyarakat dengan disertai pemahaman akan
pentingnya berbangsa dan bernegara. Dengan adanya pemahaman tersebut maka akan
tercipta ketertiban, keamanan dan secara langsung akan muncul saling hormat
menghormati antara satu dengan yang lainnya.Yang tidak kalah pentingnya adalah pendekatan prajurit TNI yaitu babinsa kepadaTokoh
Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda dan Tokoh Perempuan sangat penting dalam
masyarakat.Yang kita salut pendekatan teritorial yang
dilakukan oleh TNI kepada masyarakat, puncak adalahmereka memahami tradisi Hukum Adat (hakulayat)
sangatdijunjung tinggi pada kehidupan sehari-hari. Sehingga para tokoh
masyarakat seperti Pendeta Zakarias Tabuni yang merupakan tokoh penting dan
sangat dihormati bersimpati kepada program TNI ini adalah lua rbiasa,
tinggal TNI bagaimana untuk mempertahankan tokoh-tokoh penting yang bias simpati kepada program TNI di Papua.
Program Operasi Teritorial yang ada di Papua
merupakan suatu program yang harus dilanjutkan dalam rangka menggalang
kelompok-kelompok yang masih berseberangan seperti OPM untuk bergabung
dengan NKRI. Dengan adanya OPM yang masuk bergabung ke NKRI tentunya bukan
dengan cuma-cuma tapi itu diperoleh dengan perjuangan melalui pendekatan aparat
TNI AD dengan pola Operasi Teritorial.Operasi Teritorial yang dilakukanoleh TNI
AD denganmelakukanpendekatansimpatikkepadamasyarakat.
Inisalahsatucontoh yang
sudahberhasil,pendekathumanisoleh TNI berbuahmanis tidak sedikit sebanyak 154
anggota Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (OPM) kalau di TNI
itusatuKompimenyerahkandirisetelahberkomunikasidengansatuan Komando Rayon
Militer 1714-14/Sinak, Kabupaten Puncak, Papua. Pendekatan humanis dilakukan
oleh satuan TNI yang Dipimpin Komandan Komando Rayon Militer (Koramil) Sinak
Letnan Satu Infanteri Yusuf Rumi, untuk membujukkelompok yang sempatmenentang
Negara KesatuanRepublik Indonesia itu.
Pendekatan humanis selama ini, akhirnya dapat
menyadarkan 154 anggota OPM yang secara sukarela turun gunung ini adalah luar
biasa, kitatarikkesimpulanbahwamasyarakat Papua sebenar nya ingin diperhatikan dan diayomi,
karena ini masalahnya kecemburuan sosial, dimana daerahnya luas kaya Sumber
Daya Alamnya namun tidak dinikmati oleh masyarakat Papua, masyarakat seperti
ini gampang sekali untuk dijadikan sasaran sebagai objek untuk menentang Pemerintah, apalagi
OPM sendiri memiliki data-data yang dijadikan sumber kemarah anter hadap Pemerintah.
Kita bersyukur Pemerintahan sekarang respek terhadap Papua sehingga kegiatan OPM
intesitasnya sangat menurun, terutama OPM yang ada di Papua, semoga OPM kedepan
yang belum sadar bisa bergabung kepangkuan NKRI, sehingga Papua
bisa membangun secara cepat dan maju.
Penulis yakin Papua akan mampu mengejar ketertinggalannya,
selain tersedianya Sumber alamnya juga SDM sudah ada mari kita lihat karakter orang Papua
adalah karakter yang unik dan langka di NKRI ini....Karakter yang penuh
ketulusan, kasih sayang, ingin selalu berdamai dengan semua orang,baik, ramah, tidak kasar, suka menolong,dan menerima orang
baru. karakter yang mempunyai nilai yang tinggi dalam aplikasi di peradaban
yang modern kecenderungan untuk cepat menyesuaikan dengan keadaan dan tuntutan
yang ada dengan cepat, sehingga penulis yakin OPM yang ada di Papua akan hilang
begitu saja, karena mereka akan melihat kiri dan kanan tentang kemajuan tetangganya,
sementara OPM hidup berpindah-pindah dari gunung ke gunung tanpa bekal yang
cukup untuk menghindari TNI/Polri. Sedangkan yang dijanjika noleh OPM
tidak kunjung datang tetap sengsara.
Penulis:Kasubbid Strakomnet Puspen
TNI.Letkol Inf Drs.Solih/ RPC