EKONOMI DAN INVESTASI, Menggali Potensi Investasi Disektor Pertanian
https://www.riaupublik.com/2017/07/ekonomi-dan-investasi-menggali-potensi.html
Advertorial, Kamis 20 Juli 2017 I 01:58:21 Wib
KAMPAR,RIAUPUBLIK.Com-- “KITA sudah mendengar nama Pak Azis, Pak Azis orangnya agamis. Kalau Bapak setuju, kami ingin membangun pabrik (percetakan) Al-Quran di Kampar. Kami butuh lahan sekitar 25 hektar,” kata warga Arab Saudi yang nampak serius mengutarakan keinginannya, Rabu pekan lalu kepada Bupati Kampar, Azis Zaenal.
KAMPAR,RIAUPUBLIK.Com-- “KITA sudah mendengar nama Pak Azis, Pak Azis orangnya agamis. Kalau Bapak setuju, kami ingin membangun pabrik (percetakan) Al-Quran di Kampar. Kami butuh lahan sekitar 25 hektar,” kata warga Arab Saudi yang nampak serius mengutarakan keinginannya, Rabu pekan lalu kepada Bupati Kampar, Azis Zaenal.
Kemudian,
Azis Zaenal membalasnya tak kalah serius. ”Jangankan 25 hektar, 100 hektar akan
saya siapkan,” ujar lelaki 67 tahun ini semangat.
Wajah
mantan Ketua Komisi C DPRD Riau ini sumringah begitu mendengar bahwa warga Arab
tersebut berencana membangun pabrik Al-Quran terbesar kedua di dunia setelah
Majma‘ Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif di Kota Madinah.
Tak
hanya Al-Quran biasa, versi Braille untuk tuna netra pun akan dicetak di pabrik
yang bakal menyedot investasi sekitar Rp1 triliun itu. ”Mereka sudah siapkan
duit Rp25 miliar untuk pembelian lahan,” cerita Ketua Dewan Pimpinan Wilayah
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Riau ini.
Tadinya,
kata mantan Direktur Operasional di PT Wijaya Karya lntrade Jakarta ini, investor
Arab Saudi itu datang ke Riau untuk berinvestasi di daerah lain. Namun, ia
justru tertarik berinvestasi di Kabupaten Kampar. Salah satu alasannya adalah
kondisi geografis, wilayah Kabupaten Kampar strategis, dekat kemana-mana.
Misalnya,
dari Bandara Sultan Syarif Kasim ll Pekanbaru, hanya ditempuh 15-20 menit. Jika
ingin mengirim logistik via kapal ke Pelabuhan Dumai, hanya butuh waktu tiga
jam, persis jarak Karawang-Tanjung Priok. Jarak ini akan lebih pendek lagi jika
jalan tol Pekanbarui – Dumai sudah rampung.
Agar
rencana pembangunan lima tahun ke depan lebih terarah dan para investor juga
lebih mudah datang, kata pemilik slogan ‘Kerja dan Kerja Kampar Maju’ ini sudah
membagi kabupaten seluas 10.983 KM2 dengan penduduk 800 ribuan jiwa itu
menjadi empat zona.
Empat
zona tersebut antara lain: Pertama Kawasan Tapung Raya yang diproyeksi menjadi
kawasan industri hilir berbahan baku kelapa sawit. Crude Palm Oil (CPO) yang
selama ini langsung dikirim keluar, nanti akan diolah di Tapung Raya menjadi
ragam turunan. Mulai dari mentega, minyak goreng dan produk lain, bakal dibikin
di sini.
Zona
kedua, Xlll Koto Kampar dan Serantau Kampar Kiri yang menjadi kawasan
pariwisata dan industri pengalengan ikan. Sebab di sana ada objek wisata alam
dan air terjun dan kawasan PLTA Koto Panjang yang setiap hari menghasilkan
ratusan ton ikan. Letaknya yang berada di jalur lintas Sumatera Barat – Riau
dan lintas Barat Sumatera membuat kawasan ini semakin menggiurkan.
Zona
ketiga, Kecamatan Tambang, kawasan ini akan menjadi kawasan industri layaknya
Kawasan Industri Makassar (KIMA). “Kontur tanah di Rimbo Panjang itu datar.
Makanya di sana sangat cocok dibangun Kawasan lndustri Kampar (KIK). Kita sudah
punya lahan di sana dan itu akan kita perluas lagi,”ayah empat anak ini merinci.
Bagi
pendiri Virajaya Grup ini, industri adalah sektor yang mampu menyerap manpower
secara massal. Multiplayer effect yang ditimbulkan oleh industri juga luar
biasa. Para pelaku ekonomi baru akan bermunculan. Ini akan menjadi sumber
pendapatan baru bagi daerah.
Azis
mencontohkan pada rencana pembangunan pabrik Al-Quran tadi. “Secara manpower
kita sangat diuntungkan. Ribuan tenaga kerja akan terserap. Secara religi, kita
bakal mendapat berkah dari Allah. Dan yang teramat penting lagi bahwa Kampar
‘Negeri Serambi Mekkah’, punya pabrik Al-Quran,” semangat Azis mengurai.
Sektor
pertanian juga sudah harus berbasis teknologi. “Petani di Jawa saja sudah
menghasilkan 12 ton gabah per hektar per tahun. Masa kita masih 1,7 ton? Dapat
apa petani dengan hasil segitu? Boro-boro untung, balik modal saja enggak,”
katanya.
Di kawasan Siak Hulu, ada gas yang bisa disedot hingga 3 juta kaki kubik per hari. Kalau dijadikan bahan bakar pembangkit listrik, gas sebanyak ini akan bisa memutar mesin berkekuatan 12 Mega Watt (MW). “Saya sudah komunikasi dengan Kalila untuk pengelolaan gas ini,” katanya.
Di kawasan Siak Hulu, ada gas yang bisa disedot hingga 3 juta kaki kubik per hari. Kalau dijadikan bahan bakar pembangkit listrik, gas sebanyak ini akan bisa memutar mesin berkekuatan 12 Mega Watt (MW). “Saya sudah komunikasi dengan Kalila untuk pengelolaan gas ini,” katanya.
Sektor pertanian di
Kabupaten Kampar Provinsi Riau terus berkembang dan saat ini telah menjadi satu
daerah dengan hasil pertanian terbaik nasional, kata Kepala Dinas Pertanian
Kampar Hendri Dunan.
Sebelumnya Dinas Pertanian Kampar bekerjasama dengan Kodim 0313 Kpr juga melakukan penanaman padi perdana varietas kartika 1-82 di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung sebagai pengembangan lahan pertanian padi di daerah ini.
Sebelumnya Dinas Pertanian Kampar bekerjasama dengan Kodim 0313 Kpr juga melakukan penanaman padi perdana varietas kartika 1-82 di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung sebagai pengembangan lahan pertanian padi di daerah ini.
Ketika itu Kadis Pertanian Hendry Dunan hadir
mewakili Bupati Kampar, kemudian juga ada Dandim 0313 Kpr , Camat Tapung, Rahmat.
"Sebelumnya
pada tahun 2015 kami juga telah berhasil melakukan panen di Desa Simpang Kubu,
Kecamatan Kampar. Keberhasilan ini juga adanya peran serta KODIM 0313 Kpr yang
didukung dinas pertanian. Waktu itu kami berhasil meningkatkan posisi Kampar
menjadi urutan ke 40 dari 500 kabupaten/kota se Indonesia atas
keberhasilan bidang pertanian," kata Dunan.
Program Upaya Khusus peningkatan padi, jagung dan kedele yang dicanangkan Pemerintah Pusat kepada TNI untuk menjaga ketahanan pangan kata dia juga sangat didukung oleh Pemerintah Kabupaten Kampar.
TNI katanya meminta kepada dinas terkait,
khususnya Dinas Pertanian untuk membantu Kodim dalam melaksanakan program, baik
itu dalam bentuk penyuluhan dan lainnya yang bermuara pada kesuksesan program
ini.
Di atas lahan seluas 70 hektar, demikian
Dunan, ada beberapa petak sawah yang ditanami padi varietas 1-82 dan nantinya
akan dioptimalkan menjadi 2 kali tanam dalam setahun.
Dengan peran serta TNI, lanjut dia,
diharapkan dapat menjadi motivasi bagi petani maupun kelompok tani yang ada
agar dapat meningkatkan produksi pertanian.
"Selama ini kita memang ada kegiatan
dibidang pertanian namun dengan ditambahnya kebijakan pusat meningkatkan
produksi pertanian dan dibantu peran serta tni maka dinas pertanian semakin
terbantu, karena selama ini sulit mencari motor penggerak di lapangan padahal
penggerak ditingkat bawah itu yang sangat sulit," kata Dunan.
Selain itu, kata dia, pihaknya mengapresiasi
wilayah pertanian yang ada di Desa Petapahan karena notabene wilayah Tapung
sangat familiar dengan kawasan perkebunan sawit.
"Ini sangat luarbiasa sawah yang ada di
kawasan perkebunan sawit dan merupakan sesuatu yang luar biasa," kata
Dunan.
Penanaman padi yang dilakukan secara baik dan
benar menurut dia dapat menjadi usaha pertanian yang menggiurkan dengan
penghasilan yang cukup tinggi.
Kata Dunan, itu didapat melalui analisa di
lapangan dan berdasarkan hasil panen yang telah memberikan manfaat nyata bagi
petani dimana konsumsi beras yang semakin meningkat sedangkan lahan pertanian
yang semakin berkurang.
"Menanam padi dapat menjadi sumber
penghasilan yang menggiurkan dibanding sawit, dalam 2 kali panen setahun petani
dapat mengantongi hasil 40 juta dari satu hektar lahan bahkan hasilnya lebih
besar dari hasil sawit setahun," katanya.
Sementara itu Dandim 0313 KPR menilai
keberhasilan peran TNI dalam meningkatkan produksi pertanian terbukti dengan
diundangnya Dinas Pertanian Kampar untuk penanaman yang kedua kalinya.
"Biasanya Dandim
yang diundang untuk melakukan penanaman namun sekarang justru kebalikanya. Dan
itu adalah suatu tanda keberhasilan, hal ini adalah wujud keseriusan negara
untuk melepaskan diri dari ketergantungan import beras dan untuk mengembalikan
kemandirian swasembada pangan," katanya.
Saat ini, lanjut dia, kebutuhan beras semakin
meningkat dan lahan pertanian semakin berkurang, jika tidak mau mengembangkan
penanaman padi maka siapa lagi yang menanamnya.
Selanjutnya pihak TNI yang diberikan tugas
untuk mengemban amanah negara dalam meningkatkan hasil pertanian kata dia,
mengajak seluruh pihak untuk bersinergi menjadikan lahan-lahan pertanian yang
ada agar lebih produktif.
"Saingan kita
adalah negara yang berteknologi tinggi di bidang pertaniannya, maka dari itu
kita harus serius karena menyangkut marwah bangsa. Kita tingkatkan bagaimana
dalam satu tahun harus 2 kali tanam," kata Dandim
Badan
Penanaman Modal dan Promosi Daerah (BPMPD) Riau menyatakan siap untuk menggali
potensi poros maritim karena memiliki esensi positif dengan posisi daerah yang
kental dengan wilayah pesisir.
"Riau juga siap mengelola dan menyukseskan poros maritim seperti yang dicanangkan Pemerintah Pusat," kata Kepala BPMPD Riau, Irhas Irfan kepada pers lewat sambungan telepon, Minggu (12/4).
Irhas mengatakan, pihaknya siap untuk bersinergi dengan semangat Pemerintah Pusat dalam upaya menggali potensi sektor maritim. "Kami juga mengajak pihak-pihak terkait untuk memaksimalkan potensi tersebut. Termasuk pemerintah kabupaten dan kota di Riau diajak untuk mendukung penggalian potensi poros maritim," katanya.
Untuk diketahui, lanjut dia, Riau selama ini memiliki potensi yang besar di sektor maritim. Ini juga diharapkan dapat memanggil investor untuk berinvestasi di Riau.
Dengan inovasi itu, lanjut dia, Pemerintah Provinsi Riau juga mendukung rencana kerja sama antara investor dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kabupaten Kampar dalam mengelola hasil produksi ikan darat yang terkenal di Kampar.
"Investor yang masuk ke Kampar patut didukung. Karena tentunya menguntungkan juga bagi Riau, terutama bagi Kampar," paparnya.
Ia mengatakan, selama ini hasil produksi ikan darat di Provinsi Riau, terutama di Kampar belum tersentuh optimal, sehingga butuh dukungan dalam pengelolaan dan pasar yang luas.
Menurut dia, dengan adanya investor untuk pengelolaan ikan itu sangat bagus. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada kebaikan Kampar namun juga Provinsi Riau.
Dalam memaksimalkan hal tersebut, lanjut dia, BPMPD Riau siap berkorelasi dengan seluruh kabupaten/kota yang ingin mengembangkan sektor maritim dan menjadikan Kampar sebagai model dalam budidaya ikan.
"Dengan demikian, arahnya juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat secara merata," katanya.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar selama tiga tahun kepemimpinan Bupati Jefry Noer telah menjalankan berbagai program poros maritim, khususnya bidang perikanan.
Upaya itu dilakukan Jefry dengan meningkatkan produksi ikan dan kini Kampar telah mencapai swasembada ikan. Banyak pemenuhan kebutuhan ikan di Riau juga berasal dari daerah ini.
"Riau juga siap mengelola dan menyukseskan poros maritim seperti yang dicanangkan Pemerintah Pusat," kata Kepala BPMPD Riau, Irhas Irfan kepada pers lewat sambungan telepon, Minggu (12/4).
Irhas mengatakan, pihaknya siap untuk bersinergi dengan semangat Pemerintah Pusat dalam upaya menggali potensi sektor maritim. "Kami juga mengajak pihak-pihak terkait untuk memaksimalkan potensi tersebut. Termasuk pemerintah kabupaten dan kota di Riau diajak untuk mendukung penggalian potensi poros maritim," katanya.
Untuk diketahui, lanjut dia, Riau selama ini memiliki potensi yang besar di sektor maritim. Ini juga diharapkan dapat memanggil investor untuk berinvestasi di Riau.
Dengan inovasi itu, lanjut dia, Pemerintah Provinsi Riau juga mendukung rencana kerja sama antara investor dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kabupaten Kampar dalam mengelola hasil produksi ikan darat yang terkenal di Kampar.
"Investor yang masuk ke Kampar patut didukung. Karena tentunya menguntungkan juga bagi Riau, terutama bagi Kampar," paparnya.
Ia mengatakan, selama ini hasil produksi ikan darat di Provinsi Riau, terutama di Kampar belum tersentuh optimal, sehingga butuh dukungan dalam pengelolaan dan pasar yang luas.
Menurut dia, dengan adanya investor untuk pengelolaan ikan itu sangat bagus. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada kebaikan Kampar namun juga Provinsi Riau.
Dalam memaksimalkan hal tersebut, lanjut dia, BPMPD Riau siap berkorelasi dengan seluruh kabupaten/kota yang ingin mengembangkan sektor maritim dan menjadikan Kampar sebagai model dalam budidaya ikan.
"Dengan demikian, arahnya juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat secara merata," katanya.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar selama tiga tahun kepemimpinan Bupati Jefry Noer telah menjalankan berbagai program poros maritim, khususnya bidang perikanan.
Upaya itu dilakukan Jefry dengan meningkatkan produksi ikan dan kini Kampar telah mencapai swasembada ikan. Banyak pemenuhan kebutuhan ikan di Riau juga berasal dari daerah ini.
Pemerintah
Provinsi Riau berencana mengalokasikan anggaran yang maksimal untuk memperbaiki
jaringan irigasi persawahan di Kabupaten Kampar sebagai upaya percepatan
swasembada pangan.
"Provinsi
Riau tahun ini mendapatkan perbaikan jaringan irigasi dari Pemerintah Pusat.
Sebagai daerah kabupaten dengan produksi pangan besar di Riau, Kampar menjadi
perhatian khusus dalam perbaikan irigasi untuk peningkatan produksi
pangan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Riau Zailani Arifsyah
kepada pers.
Ia
mengatakan, saat ini ada 10 kabupaten yang akan dibantu perbaikan jaringan
irigasinya, Diantara sepuluh daerah itu, Kampar yang selama ini diketahui
sebagai daerah produksi pangan terbesar di Riau.
Menurut
Zailani, untuk di Provinsi Riau tahun ini program perbaikan jaringan irigasi
itu untuk 10 ribu hektar sawah yang tersebar di sepuluh kabupaten kecuali dua
kota yakni Pekanbaru dan Dumai.
"Kami
sudah ke Kampar. Rencananya pekan ini kami ke Rokan Hilir untuk program
jaringan irigasi ini sebagai langkah pemantauan di daerah," katanya.
Pengawasan
dan pemantauan ke seluruh kabupaten, lanjutnya, juga bakal terus dilaksanakan.
Sehingga program jaringan irigasi untuk 10 ribu hektar sawah di Riau dapat
terlaksana.
"Hal
ini adalah upaya dalam mengejar target produksi beras Provinsi Riau tahun ini.
Wujudnya untuk mendukung percepatan swasembada beras," katanya.
Program
ketahanan pangan nasional dalam sejuta hektar sawah yang dicetak Pemerintah
Pusat di tanah air pada 2015 ini, katanya, Riau tidak mendapat satu hektar pun
karena permasalahan minimnya lahan, setelah dilakukan penilaian dan pantauan
oleh pemerintah.
Namun
demikian, lanjut dia, untuk swasembada pangan, Riau tetap menerima bantuan dari
APBN. Salah satunya untuk meningkatkan produksi padi Riau tahun ini, dimanaa
akan menerima 88 ribu hektar perbaikan jaringan irigasi.
"Sejuta
hektar sawah setelah dipertimbangkan Kementerian Pertanian, Riau yang minim
lahan produktif padi memang tidak menerima tahun ini. Tapi untuk jaringan
irigasi tersier kita mendapat bantuan pada APBN murni dan perubahan 2015
ini," kata dia.
Ia
mengatakan, irigasi tersebut diperuntukkan bagi program pencetakan sawah oleh
Pemprov Riau. Sesuai jumlah 88 ribu hektar lahan produktif sawah di Riau, baik
semi irigasi maupun non irigasi, termasuk sawah tadah hujan.
Jadi
dengan bantuan irigasi ini, kata dia, diharapkan bisa meningkatkan produksi
padi Riau menjadi 440 ribu ton pertahun dari sebelumnya 400 ribu ton.
Disinggung
sebaran wilayah yang akan dibangun jaringan irigasi, Zailani mengaku sekarang
masih disiapkan data validnya. Supaya proses swasembada pangan di Riau bisa
tercapai sesuai target dan terlaksana guna mencapai target ketahanan pangan
nasional.
Pemerintah
Kabupaten Kampar sejauh ini juga telah menjalankan berbagai program pertanian
untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Berbagai kegiatan itu dilaksanakan
di kawasan percontohan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya
Nyata, Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu.
Ragam
program pelatihan dilakukan di kawasan P4S, khususnya untuk para petani lokal.
Salah satu program unggulan yang dijalankan adalah Desa serta Rumah Tangga
Mandiri Pangan dan Energi. Program ini memanfaatkan lahan sempit seluar seribu
hingga 1.500 meter persegi untuk menghasilkan uang yang berlimpah.
Di
atas lahan seribu meter persegi itu, nantinya setiap rumah tangga dapat
memelihara empat ekor sapi bila sapinya merupakan sapi Brahmana, namun bila
yang dipelihara sapi Bali maka jumlahnya bisa enam ekor, dan untuk lahan seluas
1.500 meter persegi, maka akan bisa lebih banyak lagi.
Kemudian,
dibangun pula lokasi untuk pemeliharaan ayam petelor dengan hasil lebih kurang
50 butir telor per hari. Selanjutnya juga ada kolam untuk perikanan. Sementara
untuk tanaman, rumah tangga mandiri dapat menanam berbagai jenis sayuran yang
menjadi kebutuhan pokok, mulai dari bawang, jamur, cabai, dan lainnya.
Selanjutnya
dari sapi yang dipelihara tersebut, juga akan menghasilkan lebih kurang 40
liter urine per hari yang akan diolah menjadi biourine dimana harganya bisa
mencapai Rp25 ribu per liter. Bio urine dapat digunakan untuk pupuk perkebunan
berkualitas tinggi, begitu juga dengan kotoran padat yang dihasilkan sapi-sapi
tersebut juga dapat menghasilkan biogas sebagai alternatif bahan bakar.
Bupati
Kampar mengatakan, melalui program ini masyarakat benar-benar akan
sejahtera jika serius melaksanakannya. Karena hasilnya tidak main-main, bisa
membuat masyarakat yang tadinya miskin menjadi jutawan dan tidak kebingungan
untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
"Mau
masak tinggal beli garam, dan bumbu-bumbu saja. Mau bawang, cabai dan sayuran,
tinggal dipanen di halaman rumah. Untuk masak, sudah ada biogas dan ikan yang
dipelihara sendiri. Inilah yang dinamakan ketahanan pangan mandiri,"
katanya.
Pakar
pertanian nasional Soemitro Arintadisastra mengatakan, Kampar adalah daerah
yang telah sejak lama menerapkan program ketahanan pangan bahkan sebelum era
pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Menanam
bawang dan cabai di tanah subur dekat lereng pegunungan adalah hal yang biasa,
namun jika tanah gersang menghasilkan tanaman cabai dan bawang yang berkualitas
ini adalah hal luar biasa yang nantinya menjadi model nasional dan inilah yang
terjadi di Kampar, demikian Soemitro.
"Saya
pernah berkunjung ke sejumlah daerah subur seperti Jawa Timur, Jawa Barat dan
lainnya. Melihat hasil pertanian berlimpah. Namun saya lebih terkejut ternyata
Kampar kebih dari itu semua," kata Soemitro.
Pemerintah
Daerah Kabupaten Kampar telah sejak lama menerapkan Program Lima Pilar
Pembangunan yakni meningkatkan akhlak dan moral masyarakat, peningkatan ekonomi
masyarakat, peningkatkan sumber daya manusia, peningkatan kesehatan dan
peningkatan infrastruktur.
"Lima
pilar pembangunan itu bermuara pada Program 3 Zero, bebas dari kemiskinan,
pengangguran dan rumah kumuh. Pola dasar untuk menyukseskan program ini
dilakukan dari berbagai sektor termasuk pertanian, perikanan dan
peternakan,"Sebutnya.
Pertanian
Pertanian
Statistik Pertanian yang disajikan dalam bab ini antara lain memuat informasi mengenai penggunaan tanah, pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan
Penggunaan Tanah
Statistik Pertanian yang disajikan dalam bab ini antara lain memuat informasi mengenai penggunaan tanah, pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan
Penggunaan Tanah
Penggunaan menjadi
tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegal kebun rumput, tambak,
kolam sementara perkebunan, sawah dan lainnya.
Dari 1.128.928 Ha luas Kabupaten Kampar persentase terbesar digunakan untuk perkebunan yaitu sebesar 401.246 Ha (35.54 persen).
Pertanian Tanaman Pangan
Penyajian tanaman pangan meliputi sawah, ladang, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tahun 2013 luas panen sawah 10.088 Ha dengan produksi sebesar 48.020,34 ton. Sedangkan untuk di ladang luas panen 5.228 Ha dengan18.396,34 ton. Luas panen padi sawah pada 2013 meningkat dibandingkan tahun 2011. Dimana luas panen p di sawah naik 8.14 persen. Produksi padi sawah pada 2013 meningkat dibandingkan 2011. Dimana produksi padi meningkat 9.06 persen.
Tiga kecamatan penghasil di Kabupaten Kampar tahun 2013 Kecamatan Kampar 15.209,50 ton (31,67 persen), kecamatan Tambang 5.557,37 mton (11,57 persen) dan kecamatan Bangkinang seberang 4.878,72 ton (10,16 persen).
Dari 1.128.928 Ha luas Kabupaten Kampar persentase terbesar digunakan untuk perkebunan yaitu sebesar 401.246 Ha (35.54 persen).
Pertanian Tanaman Pangan
Penyajian tanaman pangan meliputi sawah, ladang, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tahun 2013 luas panen sawah 10.088 Ha dengan produksi sebesar 48.020,34 ton. Sedangkan untuk di ladang luas panen 5.228 Ha dengan18.396,34 ton. Luas panen padi sawah pada 2013 meningkat dibandingkan tahun 2011. Dimana luas panen p di sawah naik 8.14 persen. Produksi padi sawah pada 2013 meningkat dibandingkan 2011. Dimana produksi padi meningkat 9.06 persen.
Tiga kecamatan penghasil di Kabupaten Kampar tahun 2013 Kecamatan Kampar 15.209,50 ton (31,67 persen), kecamatan Tambang 5.557,37 mton (11,57 persen) dan kecamatan Bangkinang seberang 4.878,72 ton (10,16 persen).
Sedangkan luas panen
palawija pada tahun 2013 ini terdapat jagung seluas 1.641 Ha, ubi kayu
850 Ha, ubi jalar 245 Ha, kacang tanah 540 Ha, kedelai
369 Ha dan kacang hijau 232 Ha dengan jumlah produksi
masing–masing 10.320,26 ton, 14.406,05 ton, 3.369,62 ton,
1.375,63 ton, 914,17 dan 475,77 ton seperti terlihat pada Tabel 5.2.2 dan
5.2.3.