Presiden Jokowi: Teladani Sikap Hidup dan Laku Perjuangan Gus Dur
https://www.riaupublik.com/2016/12/presiden-jokowi-teladani-sikap-hidup.html
JAKARTA, RIAUPUBLIK.Com-- Presiden Joko Widodo selalu berusaha meneladani sikap hidup dan laku perjuangan Alm. K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang sejalan dengan misi utama kelahiran Nabi Muhammad SAW, dalam menuntun manusia menuju akhlak mulia dan menebarkan rahmat bagi seluruh alam.
Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam peringatan Haul Ke-7 K.H. Abdurrahman Wahid sekaligus Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H yang digelar pada Jumat, 23 Desember 2016, di Komplek Al-Munawwaroh, Jalan Warung Silah No. 10, Ciganjur, Jakarta Selatan.
"Meneladani ketulusan beliau yang menjaga silaturahim, melampaui sekat-sekat primordial yang ada. Meneladani kesederhanaan beliau, meneladani kesukarelaan beliau dalam melayani masyarakat, dan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara sampai akhir hayatnya," ujar Presiden Joko Widodo.
Terlebih lagi Presiden teringat dengan peristiwa ketika Ibu Sinta Nuriyah, istri Gus Dur memberikan peci yang biasanya dipakai Gus Dur pada hari Kamis, 26 September 2013, di Wahid Institute. Tapi sayangnya peci itu disimpan Presiden di Solo. “Jadi tidak bisa saya pakai tahun ini. Insya Allah tahun depan," kata Presiden.
"Pada khaul 7 tahun wafatnya Gus Dur sekarang, pemberian peci itu menjadi pengingat-ingat buat saya, menjadi pengingat-ingat buat kita semua untuk selalu berusaha meneladani Gus Dur,” ucap Presiden.
Menurut Presiden Joko Widodo, Gus Dur yang wafat pada 30 Desember 2009 lalu, dalam sepanjang hidupnya selalu menekankan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah milik seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, milik bersama, bukan milik golongan dan bukan milik perseorangan.
“Saya percaya Gus Dur pasti gemes gregetan kalau melihat ada kelompok atau orang-orang yang meremehkan konstitusi, yang mengabaikan kemajemukan kita, yang memaksakan kehendak dengan aksi-aksi kekerasan, radikalisme, terorisme,” ujar Presiden.
Melihat situasi sekarang ini, lanjut Presiden, bangsa Indonesia seharusnya merasa bersyukur. Ketika banyak negara lain goyah mencari pedoman hidup, bangsa Indonesia memiliki Pancasila. “Ketika negara-negara lain kebingungan mencari panduan berbangsa dan bernegara, kita mempunyai Pancasila.
Seharusnya kita bisa membangun lebih cepat, bergerak lebih cepat, sehingga kita bisa menjadi negara pemenang, agar kita menjadi bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian,” kata Presiden.
Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo juga mengagumi sikap optimisme Gus Dur dalam memandang bangsa Indonesia ke depan. “Gus Dur itu selalu optimis dalam memandang Indonesia ke depan. Tidak kagetan, tidak gumunan. Itu Gus Dur,” ucap Presiden.
Bahkan dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, Gus Dur selalu berpegang teguh pada sebuah kaidah fiqih 'Yassirru wala Tuasirru' yang memiliki makna permudahlah dan jangan dipersulit.
"Ketika mengambil keputusan yang rumit, saya suka teringat kata-kata beliau (Gus Dur), 'Gitu saja kok repot!?," ucap Presiden Joko Widodo.
Dalam Haul ke-7 kali ini Presiden Joko Widodo berkesempatan menyaksikan pembacaan dan penandatangan Ikrar Damai Ummat Beragama Indonesia oleh 9 Pemuka Agama, sebagai bentuk persatuan atas kemajemukan negara Indonesia.
Editor: ROl86
Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam peringatan Haul Ke-7 K.H. Abdurrahman Wahid sekaligus Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H yang digelar pada Jumat, 23 Desember 2016, di Komplek Al-Munawwaroh, Jalan Warung Silah No. 10, Ciganjur, Jakarta Selatan.
"Meneladani ketulusan beliau yang menjaga silaturahim, melampaui sekat-sekat primordial yang ada. Meneladani kesederhanaan beliau, meneladani kesukarelaan beliau dalam melayani masyarakat, dan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara sampai akhir hayatnya," ujar Presiden Joko Widodo.
Terlebih lagi Presiden teringat dengan peristiwa ketika Ibu Sinta Nuriyah, istri Gus Dur memberikan peci yang biasanya dipakai Gus Dur pada hari Kamis, 26 September 2013, di Wahid Institute. Tapi sayangnya peci itu disimpan Presiden di Solo. “Jadi tidak bisa saya pakai tahun ini. Insya Allah tahun depan," kata Presiden.
"Pada khaul 7 tahun wafatnya Gus Dur sekarang, pemberian peci itu menjadi pengingat-ingat buat saya, menjadi pengingat-ingat buat kita semua untuk selalu berusaha meneladani Gus Dur,” ucap Presiden.
Menurut Presiden Joko Widodo, Gus Dur yang wafat pada 30 Desember 2009 lalu, dalam sepanjang hidupnya selalu menekankan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah milik seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, milik bersama, bukan milik golongan dan bukan milik perseorangan.
“Saya percaya Gus Dur pasti gemes gregetan kalau melihat ada kelompok atau orang-orang yang meremehkan konstitusi, yang mengabaikan kemajemukan kita, yang memaksakan kehendak dengan aksi-aksi kekerasan, radikalisme, terorisme,” ujar Presiden.
Melihat situasi sekarang ini, lanjut Presiden, bangsa Indonesia seharusnya merasa bersyukur. Ketika banyak negara lain goyah mencari pedoman hidup, bangsa Indonesia memiliki Pancasila. “Ketika negara-negara lain kebingungan mencari panduan berbangsa dan bernegara, kita mempunyai Pancasila.
Seharusnya kita bisa membangun lebih cepat, bergerak lebih cepat, sehingga kita bisa menjadi negara pemenang, agar kita menjadi bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian,” kata Presiden.
Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo juga mengagumi sikap optimisme Gus Dur dalam memandang bangsa Indonesia ke depan. “Gus Dur itu selalu optimis dalam memandang Indonesia ke depan. Tidak kagetan, tidak gumunan. Itu Gus Dur,” ucap Presiden.
Bahkan dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, Gus Dur selalu berpegang teguh pada sebuah kaidah fiqih 'Yassirru wala Tuasirru' yang memiliki makna permudahlah dan jangan dipersulit.
"Ketika mengambil keputusan yang rumit, saya suka teringat kata-kata beliau (Gus Dur), 'Gitu saja kok repot!?," ucap Presiden Joko Widodo.
Dalam Haul ke-7 kali ini Presiden Joko Widodo berkesempatan menyaksikan pembacaan dan penandatangan Ikrar Damai Ummat Beragama Indonesia oleh 9 Pemuka Agama, sebagai bentuk persatuan atas kemajemukan negara Indonesia.
Editor: ROl86