Panglima TNI : Peran IARMI Sebagai Generasi Penerus Harus Memiliki Semangat Kebangsaan
https://www.riaupublik.com/2016/12/panglima-tni-peran-iarmi-sebagai.html
JAKARTA, RIAUPUBLIK.Com-- Posisi strategis Indonesia sangat rentan disusupi kepentingan asing
dengan berbagai model perang yang berkembang saat ini, itulah sebabnya
peran Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) sebagai kelompok
intelektual muda merupakan generasi penerus yang sangat penting dalam
menghadapi segala bentuk ancaman.
Lebih
lanjut disampaikan Panglima TNI bahwa Menwa mendapat pelatihan militer untuk
dipersiapkan mempertahankan NKRI sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). “Segenap anggota IARMI harus memiliki
semangat kebangsaan guna mempertahankan dan menjaga eksistensi Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang kita cintai,” ujarnya.
Jenderal
TNI Gatot Nurmantyo menuturkan bahwa, saat ini potensi ancaman bukan lagi
datang dari serangan militer negara lain, melainkan kegiatan terorisme, gerakan
separatis, dan aktivitas-aktivitas ilegal yang berkaitan dengan sumber daya
alam yang bersifat multidimensional. “Ancaman tidak hanya berasal dari aksi
aktor negara tetapi juga dari aksi aktor non negara,” katanya.
Terkait Proxy War, Panglima TNI Jenderal
TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan secara sederhana bahwa peristiwa saling adu
kekuatan di antara dua belah pihak yang bermusuhan dengan menggunakan pihak
ketiga, dimana pihak ketiga ini sering disebut dengan boneka. “Pihak ketiga
dapat berwujud LSM, Ormas, Kelompok Masyarakat atau Perorangan merupakan pihak
yang tidak dikenal oleh siapapun, kecuali pihak yang mengendalikannya. Oleh karena
itu, seluruh komponen bangsa harus waspada terhadap pihak-pihak yang akan
menghancurkan bangsa Indonesia," tandasnya.
Editor: Darsin Brs
Demikian
amanat tertulis Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang dibacakan oleh
Kasum TNI Laksdya TNI Dr. Didit Herdiawan, M.P.A., M.B.A, pada acara pelantikan
pengurus periode 2016-2021 dan rapat kerja Nasional IARMI 2016 di
Gedung Nusantara IV DPR RI, Jakarta Selatan, Sabtu (3/12/2016).
Panglima
TNI juga mengatakan bahwa, karakter perang yang berkembang saat ini mengalami
perubahan menjadi model peperangan non konvensional, non linear atau asimetris
(asymetric warfare) dan patut
dicermati bersama. “Perang asimetris yang bersifat multi-dimensional dapat
berlangsung dalam berbagai sektor dan dipicu oleh aspek ekonomi, sosial,
budaya, politik, ideologi dan lainnya, akumulasi dari aspek tersebut akan
mempengaruhi intensitas dan derajat ancaman yang dihadapi,” ungkapnya.
“Memiliki
pertahanan yang tangguh dari berbagai macam perang yang berkembang saat ini
adalah sebuah kebutuhan mendasar bagi setiap bangsa, karena kemampuan
pertahanan tidak saja penting dalam menjaga keselamatan bangsa, namun
juga merupakan simbol kekuatan serta sarana untuk menggapai cita-cita, tujuan,
maupun kepentingan nasional,” ucap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Editor: Darsin Brs