Mujahidin Kekasih Allah, Setiap saat didunia ini adalah kenangan diakhirat
https://www.riaupublik.com/2016/11/mujahidin-kekasih-allah-setiap-saat.html
RIAUPUBLIK.Com-- 14/11, Saban hari seorang pemuda berada di depan pintu rumah Umar bin Khottob.
“Engkau hijrah karena ALLAH atau karena Umar?” Umar bertanya heran.
“Pergilah!” Hardik Umar “Pelajarilah al-Quran! Karena al-Quran itu akan mencukupimu dari pintu rumah Umar.” Pemuda itu pergi. Menghilang beberapa saat. Suatu hari Umar merasa kehilangan akan pemuda itu. Pemuda itu beruzlah (menyepikan diri) serta sibuk beribadah kepada ALLAH swt.
Umar datang menjenguknya.
“Aku sungguh rindu kamu. Engkau sibuk apa sekarang?” Umar bertanya antusias.
“Aku bersungguh-sungguh membaca al-Quran. Maka Kitab Suci ini telah mencukupiku dari Umar beserta keluarganya.” Pemuda menjawab dengan yakin.
“Semoga ALLAH swt merahmatimu.” Umar mendoakan.
“Lalu apa yang engkau dapati didalamnya.”
“Aku membaca sebuah ayat; Di langit terdapat rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (Adz-Dzariyat : 22)
Pemuda itu melanjutkan: “Rezekiku telah tercatat di langit namun aku malah memohonnya (kepada makhluk) di bumi.”
(Sumber: Ihya’ Ulum ad-Din, Juz 4, Bab A’mal al-Mutawakkilin)
Tawakal adalah percaya kepada ALLAH swt atas hasil yang akan dicapai. Tawakal dengan bahasa lain adalah bersandar kepada ALLAH. Karena DIA adalah sebaik-baik tempat bersandar.
Bersandar ke tongkat, ia akan patah. Bersandar ke tembok, ia akan rubuh. Bersandar ke makhluk, harta, jabatan, dan senjata, ia akan punah. Dan sebaik-baik sandaran adalah bersandar kepada Yang Maha Tidak Bersandar ke benda lain, yaitu ALLAH swt. Karena DIA tidak membutuhkan selain-NYA.
Tawakal bukan fatalisme, yang enggan
untuk melakukan usaha. Tawakal itu amalan hati dan fisik terus berusaha dan
berusaha disertai doa. Hati berserah bahwa apa yang ditentukan oleh-NYA adalah
hasil terbaik.
Usaha ibunda Musa menghanyutkan Musa
ke sungai Nil sebuah perbuatan tidak masuk akal. Hatinya bertawakal, maka
bayinya (yaitu Musa) selamat dari tebasan pedang Firaun.
Nabi Syuaib, ayahanda Yusuf,
bertawakal kepada ALLAH terkait anaknya yang hilang. Yusuf berpindah-pindah
tangan. Dari tangan penjual budak berpindah ke tangan isteri al-Aziz (gelar
seorang raja Mesir kuno). Yusuf tertuduh berbuat serong. Dipenjara. Namun
tawakal selalu membuahkan hasil terbaik. Hingga pada akhirnya Yusuf diangkat
menjadi bendaharawan Mesir. Sebab seorang ayah bertawakal, berakibat anaknya
menjadi sukses. Ayah dan anak bertemu kembali di dalam istana megah nan mewah.
Burung-burung pun bertawakal.
Terbang menjauh dari sarang tanpa bekal. Terbang untuk menjemput rezeki. Karena
burung itu yakin pergi jauh dari sarang bukan malapetaka. Tapi terbang untuk
mencari makanan berlimpah. Pergi pagi pulang sore. Membawa rezeki untuk para
penghuni sarang.
Meminjam kata-kata Aa’ Gym. Kerbau
tidak sekolah saja gemuk-gemuk. Kenapa harus takut tidak kebagian rezeki?
Cecak, tidak mempunyai sayap namun rezekinya adalah laron yang bersayap. Jadi
tak usah risau dengan rezeki. Risaulah jika Anda tidak bertawakal dalam mencari
rezeki ALLAH.
Bertawakal itu bagai berlayar di
atas sungai. Tak tahu apa yang akan dilewati, namun mengetahui bahwa akan
menemukan air besar, air yang luas, yaitu air laut. Begitu pun tawakal akan
membawa Anda ke arah lautan samudera terbaik menurut pandangan Allah.
Tawakal terkuat adalah yang
bersumber dari keimanan. Dengan keimanan yang menghujam ke dalam hati akan
mengetahui bahwa semua terjadi karena kehendak-NYA. Tentu saja kehendak-NYA
adalah hasil terbaik bagi orang-orang yang bertawakal.
ALLAH swt berfirman: “Barangsiapa
yang bertawakal kepada ALLAH niscaya DIA akan mencukupkan (keperluan)nya.”
(Ath-Tholaq : 3)
Editor:ROl86