Bila Anda Pemarah Beningkan Hati Dengan Petunjuk Ajaran Rasulullah
https://www.riaupublik.com/2016/10/bila-anda-pemarah-beningkan-hati-dengan.html
PEKANBARU, RIAUPUBLIK.Com-- Hampir setiap orang tentu pernah mengalami sakit hati dalam hidupnya. Baik dalam keluarga, bersahabat, mahupun bermasyarakat.
Sebagaimana sifat sedih dan gembira, rasa ini adalah suatu
kewajaran dalam hidup manusia.
Apatah lagi, manusia adalah mahluk yang bersosial, yang
dalam setiap interaksinya tidak lepas dari kekhilafan. Sebab-sebab datangnya perasaan ini pun bermacam-macam.
Dari masalah yang simple hingga masalah besar, dapat menjadi
penyebabnya.
Misalnya bermula dari perbezaan pendapat, adanya konflik atau
ketidakserasian, sehingga iri hati dan dengki.
Bila perasaan ini dibiarkan terlalu lama membengkak dalam hati,
maka akan tidak sihatlah hati itu. Pemiliknya
pun akan stress dan tidak akan ceria. Lebih parah lagi, perkara ini dapat
menjauhkan manusia dari RabbNya.
Na’udzubillaahi
mindzaalik.
Bagaimana menangani rasa sakit hati, agar tidak menjemput dosa
kepada kita sendiri?
Antara petua – petua yang diajarkan oleh Rasulullah untuk
dijadikan penawar sakit hati adalah :
1. Muhasabah Diri
Sebelum kita menyalahkan
orang lain, seharusnyalah kita melihat diri kita sendiri.
Mungkin kita sakit hati oleh
kata-kata saudara kita, padahal dia tak bermaksud menyakiti. Cuba bertanya
pada diri sendiri, mengapa saudara kita bersikap demikian.
Jangan-jangan kita sendiri yang telah membuat kesalahan kepadanya.
2. Menjauhkan Diri dari Sifat Iri Hati Dan Dengki
Iri hati dan dengki adalah beberapa ruang yang menjadi pintu
bagi syaitan untuk memasuki hati manusia.
Angan – angan yang berlebihan, dapat membuat seseorang buta dan
tuli.
Bila
tidak dilandaskan iman, seorang yang berangan-angan cenderung akan melakukan
berbagai cara untuk mendapatkan apa yang dicitanya.
Demikian sifat iri hati dan dengki.
Sifat ini berasal dari kecintaan terhadap hal-hal yang bersifat
material, kehormatan, dan pujian. Manusia tidak akan tenang bila dalam hatinya
ada sifat ini.
Dia
selalu memandang ke atas, dan seolah tidak rela melihat orang lain memiliki
kelebihan melebihi dirinya.
Maka
hapuskanlah terlebih dahulu sikap cintai dunia, sehingga dengki
menghilang
Rasulullah bersabda,
“Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang. Iaitu orang yang
diberi harta oleh Allah, kemudian membelanjakannya di jalan yang benar. Dan
orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutuskan persoalan dengannya
dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
3. Menjauhkan Diri dari Sifat Amarah dan Keras Hati.
Bila marah telah timbul dalam hati manusia, kadangkala manusia
bertindak tanpa pertimbangan akal.
Jika
akal sudah lemah, tinggallah hawa nafsu. Dan syaitan pun leluasa
melancarkan serangannya, lalu mempermainkan diri manusia.
Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyebutkan bahawa Iblis
pernah berkata, “Jika manusia keras hati, maka kami akan membaliknya sebagai
anak kecil yang membalik bola.”
4. Memupuk Sifat Pemaaf.
“Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” Surah Al-A’raf : 199.
Allah
sang Khaliq, Maha Pemaaf terhadap hambaNya.
Tak
kira sebesar gunung atau sedalam lautan kesalahan seorang hamba, jika dia
bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan pintu maaf
selebar-lebarnya.
Kita
sebagai manusia yang lemah, tidak sepatutnya berlaku sombong, dengan tidak mahu
memaafkan kesalahan orang lain, sebelum dia meminta maaf. Insya Allah,
dengan begitu, hati akan lebih terasa lapang.
Rasulullah
bersabda,
“Bertakwalah kepada
Allah di mana engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan,
nescaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan bergaulah dengan
manusia lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Hakim dan At-Tirmidzi).
5. Husnuzon (Berprasangka Baik).
Allah berfirman:
“Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka. Sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa. Dan
janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebahagian
kalian mengejek sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya.” (QS. Al-Hujurat : 12).
Adakalanya seorang muslim berburuk sangka terhadap
seorang muslim lainnya sehingga dia memperkecilkan orang lain.
Dia
mengatakan macam-macam tentang orang lain, dan mengatakan dirinya lebih baik.
Tentu, perkara ini yang tidak benar.
Setiap muslim harus mengawasi diri
terhadap titik-titik yang cenderung untuk memancing tuduhan, agar
orang lain tidak berburuk sangka kepadanya.
6. Ikhlaskan Diri.
Orang
yang ikhlas dapat meniatkan segala tindakannya kepada Allah.
Dia
tidak memiliki jiwa yang bersifat duniawi. Apabila Allah mengujinya dengan
kenikmatan, maka dia bersyukur.(**)