Wweeiiii..........Ada Matahari Kembar Di Kubu Polri ?
https://www.riaupublik.com/2016/09/wweeiiiiada-matahari-kembar-di-kubu.html
RIAUPUBLIK.COM, JAKARTA-- Pelantikan Budi Gunawan sebagai Kepala Badan Intelijen Negara
pada Jumat (9/9/2016), menyisakan sejumlah pertanyaan.
Tak hanya prosesinya yang terkesan mendadak,
kenaikan pangkat Budi dari Komisaris Jederal menjadi Jenderal juga menuai
polemik.
Saat prosesi pelantikan dilangsungkan, Budi Gunawan terlihat mengenakan setelan jas berwarna
hitam berpadu dasi merah dan kemeja putih. Sumpah jabatan pun diucapkan Budi,
mengikuti Presiden Jokowi.
"Bahwa saya akan menjunjung tinggi kode
etik intelijen negara di setiap tempat, waktu, dan dalam keadaan bagaimanapun
juga," ucap Budi.
Setelah mengucapkan sumpah dan mendapat
selamat dari Presiden, giliran para tamu undangan yang hadir di Istana Negara
memberikan ucapan selamat.
Mereka yang hadir di antaranya Kapolri
Jenderal Pol Tito Karnavian, mantan Kepala BIN Sutiyoso, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Wakil Ketua DPR Fahri
Hamzah, Ketua MPR Zulkifli Hasan, dan Ketua DPD Irman Gusman.
Selain itu, hadir pula jajaran menteri Kabinet
Kerja, Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama, sejumlah perwakilan Komisi I DPR,
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
Pemandangan unik terjadi tatkala Megawati
memberikan selamat kepada Budi. Mantan Wakapolri itu langsung mencium tangan
Presiden kelima RI.
Budi memang dikenal dekat dengan Megawati,
lantaran pernah menjadi ajudannya saat masih menjabat sebagai Presiden saat
itu. Kemudian, Budi pun keluar ruangan pelantikan.
Pemandangan baru terlihat di pundak Budi.
Sebab, mantan Kepala Lembaga Pendidikan Polri itu
tak lagi memanggul bintang tiga, melainkan bintang empat di pundaknya. Artinya,
Budi telah berpangkat Jenderal Polisi.
"Alhamdullilah hari ini saya sudah secara
resmi menjadi Kepala BIN sekaligus dinaikkan pangkat menjadi Jenderal Polisi
bintang empat," kata Budi, kepada wartawan usai pelantikan.
"Tentu amanah ini akan saya tunjukkan
lewat pengabdian terbaik sebagai prajurit Bhayangkara sejati, jiwa raga saya
untuk merah putih dan NKRI," ucapnya.
Saat dikonfirmasi, Menteri Sekretaris Negara
Pratikno, enggan berkomentar ihwal kenaikan pangkat Budi tersebut.
"Enggak, saya enggak bisa komentar,"
kata dia.
Secara terpisah, Kepala Divisi Humas Polri,
Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, kenaikan pangkat Budi menjadi
jenderal bersamaan dengan turunnya keppres yang ditandatangani Presiden Jokowi.
Menurut dia, kenaikan pangkat itu merupakan
sesuatu yang lazim. Sebab, Budi masih berstatus aktif di kepolisian.
"Tidak masalah dengan itu," kata Boy
saat dihubungi.
Dengan kenaikan pangkat itu, maka ada dua
jenderal bintang empat aktif di kepolisian, yaitu Budi Gunawan dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnapian
Hal ini sempat menimbulkan pertanyaan besar,
terutama bagi Tito dalam memimpin Polri ke depan. Seperti diketahui, Budi
merupakan senior Tito di Akademi Kepolisian.
Budi adalah lulusan Akpol tahun 1983,
sedangkan Tito merupakan lulusan angkatan 1987.
Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar
mengatakan, terlalu berlebihan jika ada kekhawatiran akan munculnya matahari
kembar di tubuh Polri.
Kendati demikian, ia mengingatkan, agar Tito
profesional dalam menjalankan tugasnya memimpin Polri
"Kalau dia ada rasa sungkan, ada rasa ini
itu, mungkin saja terganggu. Yang kita harapkan, Pak Tito bener-benerconcern sebagai
leader," kata Bambang saat dihubungi, Sabtu (10/9/2016).
Ia menuturkan, BIN dan kepolisian memiliki
elemen berbeda di dalam menjalankan tugas dan fungsi intelejen.
Secara khusus, intelijen kepolisian memiliki
konsentrasi di dalam menghadapi persoalan kriminal. Sementara BIN, memiliki
cakupan yang lebih luas, baik itu di dalam negeri maupun luar negeri.
Adapun yang menjadi pengutamaan BIN meliputi
ekonomi, politik, budaya, hukum, serta keamanan.
Bambang menuturkan, ketegasan Tito diperlukan
dalam memimpin .
Terutama, ketika mengambil kebijakan atas ide dan gagasan yang muncul terkait
program kerja yang ingin diterapkan bagi perbaikan Polri ke depan.
"Memang itu harus menata ulang beberapa
sasaran program reformasi, dan menata personel yang sejalan dengan dia,"
ujarnya.
Jika dalam menjalankan tugasnya, masih merasa
sungkan karena alasan angkatan, hal itu tentu disesalkan.
Bambang berharap, Tito dapat memisahkan antara
urusan pribadinya dengan Budi Gunawan, serta urusan hubungan kedinasan. "Kalau
itu dicampur aduk, ya mohon maaf ya, setingkat pejabat tinggi masih gitu ya
masih berpikir sempit," kata dia.
(Kompas)