Pukat Harimau Nelayan Sumut Tangkap Ikan Di Rohil, Nelayan Tradisional Rohil Terancam Mata Pencairan
https://www.riaupublik.com/2016/09/pukat-harimau-nelayan-sumut-tangkap.html
RIAUPUBLIK.COM, BAGANSIAPIAPI - Maraknya aksi pencurian ikan (ilegal fishing) di
perairan Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) dilakukan oleh nelayan dari
Propinsi Sumatra Utara (Sumut). Hal ini tentunya membuat para nelayan
tradisional Rohil mengeluh karena hasil tangkapannya berkurang.
Agar para nelayan bisa sejahtera dan aman dalam melaut, kedua propinsi harus saling melakukan koordinasi yang baik.
"Kita telah melakukan sosialisasi bersama pihak terkait,
dimana dalam sosialisasi itu para nelayan kita menyebutkan pelaku
pencurian ikan kebanyakan berasal dari Propinsi Sumut. Bahkan, nelayan
dari sumut itu juga menggunakan alat tangkap berupa Pukat Harimau," kata
Pelaksana tugas (Plt) Drs H Surya Arfan Msi, Kamis (22/9/2016) di
Bagansiapiapi.
Disebutkan, nelayan tradisional Rohil juga mengeluhkan karena nelayan dari Sumut itu mencuri ikan juga membuat hasil perairan kita terancam punah dikarenakan memakai alat tangkap yang telah dilarang oleh pemerintah berupa Pukat Harimau. Dimana alat itu telah dilarang sebagaimana yang tertuang dalam Permen KKP nomor 2 tahun 2015 tentang larangan penggunaan alat penangkap ikan seperti pukat hela (Traw) dan Pukat Tarik (Seinen Nets).
Disebutkan, nelayan tradisional Rohil juga mengeluhkan karena nelayan dari Sumut itu mencuri ikan juga membuat hasil perairan kita terancam punah dikarenakan memakai alat tangkap yang telah dilarang oleh pemerintah berupa Pukat Harimau. Dimana alat itu telah dilarang sebagaimana yang tertuang dalam Permen KKP nomor 2 tahun 2015 tentang larangan penggunaan alat penangkap ikan seperti pukat hela (Traw) dan Pukat Tarik (Seinen Nets).
"Jadi intinya kedua belah pihak harus saling melakukan
koordinasi. Jangan sampai nelayan kita masuk ke perairan Sumut dan
begitu pula sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk mengantisifasi
terjadinya kericuan antar nelayan," pesannya.
Dilajutkan Kepala BKP Rohil itu, kendala lain yang sering
muncul adalah sulitnya nelayan memperoleh bahan bakar minyak (BBM) dan
terpaksa harus membeli ke SPBU. "Nah, inilah tugas kita untuk mencarikan
solusinya bagaimana BBM bisa didrop dalam wadah semacam koperasi agar
nelayan bisa langsung kekoperasi itu nantinya, "tutur Surya Arfan.
Penulis : jumaris.