Pembangunan Pariwisata Dan Budaya Melayu Riau
https://www.riaupublik.com/2016/08/pembangunan-pariwisata-dan-budaya.html
Senin- 29/08/2016- 20:21:34Wib
RIAUPUBLIK.COM, PEKANBARU-- Tujuan
pembangunan pariwisata ini pun telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 diantaranya yakni pariwisata ditonjolkan untuk mengangkat citra bangsa
yang sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan
pariwisata sangat mendukung tujuan pembangunan yang berkelanjutan, karena
setelahnya akan berdampak pada pertumbuhan kunjungan wisman, pertumbuhan
ekonomi, konservasi alam serta memajukan kebudayaan. Dalam hal ini, BPS
berperan dalam melakukan sensus ekonomi," jelasnya.
Sementara
itu, Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman yang diwakili oleh Plt Sekdaprov
Riau M Yafiz mengungkapkan, bahwa sektor pariwisata berbasis budaya yang
diseriusi Pemprov Riau dapat menjanjikan serta memberikan kontribusi besar
terhadap pertumbuhan ekonomi kerakyatan.
"Pembangunan
pariwisata memang perlu diprioritaskan, karena hal ini akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi di daerah. Kami di Riau telah berkomitmen untuk
mengembangkan sektor pariwisata berbasis budaya ini. Nantinya, sektor
pariwisata dapat menyumbang kontribusi besar di sektor lapangan kerja dan
penghasil devisa," ucapnya.
Untuk
Provinsi Riau disetiap sudut daerah kota dan kabupatennya memiliki keindahan
alamnya yang unik dan memiliki ciri khas tertentu, seperti air terjun yang
terdapat di Rokan Hulu dan Kuansing, Taman Nasional seperti Bukit tiga puluh di
Inhu, Tesso Nilo di Pelalawan, Tahura, Giam Siak Kecil hutan lindung, serta
flora dan fauna yang indah dan unik, yang juga merupakan paru - paru dunia,
Istana Siak di Kabupaten Siak, Danau (yang terdapat di regnat, indragiri Hulu)
hutan mangrove di Bengkalis, Meranti, Kota Dumai, Indragiri Hilir, Pantai Rupat
utara, Selat Baru Bengkalis dan Pantai Solop di Indragiri Hilir, Candi Muara
Takus dan Buluh Cina di Kampar. Mesjid Annur dan Mesjid Raya di Pekanbaru,
Mesjid Jamik Kampar, Makam Sech Abdurahman Sidik di Indragiri Hilir dan
lainnya.
Bahkan
saat ini Riau memiliki wisata minat khusus, yaitu Bono yang merupakan ombak di
sungai yang terletak di kawasan Teluk Meranti, Pelalawan, yang ombaknya cukup
indah dan memiliki ketinggian hingga mencapai enam meter dengan durasi bermain
selancar yang mencapai dua jam sepanjang 18 kilometer.
Selain
itu event tahunan yang diselenggarakan setiap kabupaten yang ada di Riau juga
merupakan Industri pariwisata Riau yang cukup berpotensi sperti Pacu Jalur di
Kuansing yang setiap tahunnya dikunjugi oleh ratusan ribu wisatawan domestik.
Begitu juga dengan Bakar Tongkang di Bagan Siapiapi, Rokan Hilir, yang dapat
menarik wisatawan domestik dan manca negara sampai 50 ribu wisatawan. Dan di
beberapa kabupaten lainnya juga memiliki event seperti festival Budaya Melayu,
Festival Budaya Serumpun, 10 K dan Festival Bandar Kayangan dan lainya.
Salah satu upaya dari pemerintah pusat dan Pemprov Riau dalam memperkenalkan destinasi wisata yang ada di Riau kepada wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. adalah bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI meluncurkan program event pariwisata Provinsi Riau yang diaksanakan di Gedung Balairung Soesilo Soedarman Kemenpar, Jakarta. Jumat (27/5/2016)
Gubernur
Riau, Arsyadjuliandi Rachman mengatakan promosi ini merupakan upaya pemerintah
untuk membangun Riau sebagai objek destinasi wisata budaya. Pariwisata berbasis
budaya melayu adalah prioritas promosi yang akan dilakukan untuk menggenjot
jumlah wisatawan datang ke Riau.
"Kita
punya potensi dengan mengembangkan objek praiwisata berbasis budaya melayu yang
tak dimiliki oleh provinsi lain manapun. Itu yang akan menjadi ciri khas
pariwisata kita dan akan kita perkenalkan kepada publik Indonesia serta
internasional nanti sore di Jakarta," ucap gubernur yang akrab disapa Andi
Rachman ini.
Selama
ini Andi mengakui, Pemprov Riau terlalu bergantung pada dua sektor yakni sektor
migas dan perkebunan. Namun melihat kelesuan pada dua sektor ini selama
beberapa tahun belakangan, ia menganggap harus ada perubahan prioritas
pengembangan. Pariwisata berbasis budaya adalah prospek paling baik yang
dipandangnya.
"Kita
sudah melihat dampak melemahnya perekonomian kita beberapa waktu belakangan ini
diakibakan turunnya kontribusi dua sektor ini. Tentu kita tidak akan
berlama-lama menyandarkan perekonomian kita pada dua sektor ini saja,"
imbuhnya.
Selain
pariwisata berbasis budaya, Andi juga tak akan meninggalkan agrowisata yang
juga cukup banyak dimiliki Riau. Seperti Berbagai air terjun, juga Bono yang
ada di Pelalawan. Menurutnya kedua basis pariwisata ini sudah cukup lengkap
bagi Riau menjadi pusat wisata di Riau menggeser Sumatera Barat.
Peralihan
pengembangan dari sektor migas dan perkebunan menjadi pariwisata berbasis
budaya ini diharapkan Andi mampu memberikan dampak percepatan pertumbuhan
ekonomi. Selain itu, wisata budaya ini merupakan realisasi dari tagline Riau
The Homeland of Melayu yang dicanangkan pada ulang tahun Riau tahun 2015 lalu.
"
Riau akan kita jadikan sebagai pusat pariwisata dan edukasi kebudayaan se-Asia
Tenggara. Apalagi dengan Riau yang dikelilingi oleh 4 sungai besar yakni Sungai
Siak, Kampar, Indragiri dan Batang kuantan. Keempat sungai ini mempunyai
sejarah peradaban dan kebudayaan tersendiri yang bisa digali," tandasnya.
Riau
memang kaya akan kesenian dan kebudayaan yang ada saat sekarang ini, semuanya
berkembang dan dilestarikan sesuai dengan kebijakan pemerintah. Banyak
masyarakat luar yang berdatangan hanya untuk mengenal dan mempelajari sejarah
budaya melayu dan keseniannya.
Bumi
yang dkenal dengan julukan Lancang Kuning ini ternyata juga menyimpan segudang
sejarah melayu dan hasil kekayaan alam yang melimpah serta nuansa alam yang
elok sehingga menjadi pusat wisata kebudayaan melayu. (Advetorial/RP)