Panglima TNI : Krisis Energi, Pangan dan Air Akan Picu Konflik Dunia
https://www.riaupublik.com/2016/08/panglima-tni-krisis-energi-pangan-dan.html
RIAUPUBLIK.COM, BOGOR-- Pertambahan populasi penduduk dunia dari masa ke masa semakin
cepat, setelah 2011 untuk menambah 1 milyar hanya butuh enam tahun, sebelumnya
diperlukan puluhan bahkan ratusan tahun. Sehingga pada tahun 2017, selamat
datang 8 milyar penduduk dunia. Demikian dikatakan Panglima TNI Jenderal
TNI Gatot Nurmantyo saat memberikan Kuliah Umum dihadapan 490 Mahasiswa
Pascasarjana Universitas Pertahanan, PMPP IPSC, Sentul, Bogor, Jawa Barat,
Jum’at (26/8/2016).
“Teori Maltus mengatakan bahwasanya pertambahan penduduk meningkat
seperti deret ukur, sedangkan ketersediaan pangan meningkat ibarat deret
hitung. Apabila garis pertambahan penduduk dengan garis ketersediaan pangan
bersinggungan di suatu titik, maka disitulah terjadinya titik kritis,” jelas
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Ini faktanya, menurut penelitian populasi ideal penduduk dunia
sekitar 3-4 milyar untuk dapat hidup dengan layak, realitasnya saat ini setiap
2,1 detik satu bayi meninggal atau sekitar 15 juta bayi meninggal setiap
tahunnya karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan buruk itu artinya penduduk
dunia sudah overload.
“Bila populasi penduduk tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan
pangan, maka akan memicu krisis. Inilah ancaman yang akan dihadapi penduduk
dunia,” ungkap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga menjelaskan bahwa,
konfik yang terjadi di Irak, Iran, Libya, Kuwait, Mesir, Suriah, Yaman, Sudan
dan Ukraina, semuanya sebagai negara penghasil energi. “Saya bisa simpulkan
bahwa konflik atau perang di dunia, 70% berlatar belakang energi,” ujarnya.
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memprediksi bahwa, konflik di waktu
mendatang dari aspek latar belakang dan lokasinya akan mengalami
perubahan. Hal ini dipicu, karena energi fosil diprediksi pada 2043 akan habis
dan hanya bisa digantikan dengan energi alternatif (energi hayati) yang bisa
hidup sepanjang tahun hanya di wilayah Ekuator yaitu Amerika Latin, Afrika
Tengah dan Asia Tenggara termasuk di dalamnya Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI menjelaskan bahwa sekitar
80 % penduduk dunia yang berada di luar Ekuator, kedepan akan merasakan
krisis hebat dan mengalami dua krisis, yaitu krisis energi dan pangan. “Pangan
awalnya hanya untuk makan, kedepan pangan dibagi dua untuk makan dan energi,
sehingga nantinya penduduk diluar Ekuator akan berbondong-bondong ke wilayah
Ekuator untuk mencari pangan, energi dan air,” katanya.
Menurut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, inilah pembuktian teori
pergeseran latar belakang dan tempat konflik. Awalnya konfik berlatar
belakang energi berubah menjadi latar belakang energi, pangan dan air
(ekonomi), tempatnya konflik bergeser dari wilayah Arab Spring ke wilayah
Ekuator termasuk Indonesia. “Ancaman inilah yang harus disadari oleh kita
semua,” ucapnya.